Aktivitas Olahraga Ringan Ini Bantu Lansia Cegah Stroke
- Google Photo
Jakarta, VIVA – Stroke menyebabkan kelumpuhan di sebagian atau seluruh tubuh, sehingga gerak tubuh menjadi sangat terbatas dan menurunkan kualitas hidup penderitanya. Risiko stroke kerap kali dikaitkan dengan beberapa faktor, seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol. Namun, benarkah keduanya merupakan penyebab utama stroke? Bagaimana langkah-langkah efektif untuk mencegahnya?
Dalam rangka menyambut Hari Stroke Sedunia (World Stroke Day) pada 29 Oktober 2024, dr. Sahat Aritonang, Sp. N., M. Si. Med., FINS, seorang spesialis neurologi, dalam kesempatan exclusive media interview yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), berbagi wawasan mengenai hubungan antara darah tinggi, kolesterol, dan risiko stroke, serta pentingnya gaya hidup sehat sebagai upaya pencegahan.
Menurut dr. Sahat, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kadar kolesterol tinggi memang berperan besar dalam meningkatkan risiko stroke. “Kandungan garam yang tinggi, karbohidrat yang tinggi dapat memicu hipertensi dan kolesterol. Ini sangat mempengaruhi terjadinya stroke,” jelasnya. Dengan kata lain, tekanan darah tinggi dan kolesterol yang tidak terkontrol dapat mempersempit pembuluh darah, meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan, dan memicu stroke.
Jadi, bisa dikatakan bahwa darah tinggi dan kolesterol bukan sekadar mitos penyebab stroke, melainkan fakta medis yang perlu diwaspadai.
Menjaga pola makan dan gaya hidup sehat menjadi kunci utama untuk menurunkan risiko stroke. Pola makan yang sehat dapat dimulai dengan membatasi konsumsi makanan tinggi garam dan karbohidrat, yang dapat memicu tekanan darah tinggi dan kolesterol. Perbanyak asupan serat dari sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, serta pilih protein rendah lemak untuk menjaga kestabilan metabolisme tubuh.
Penyakit stroke bisa menyerang siapa saja, baik yang masih muda maupun yang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, penting untuk melek terhadap risiko-risiko yang dapat memicunya. Selain menjaga pola makan yang sehat, aktivitas fisik yang rutin juga memegang peran penting dalam pencegahan stroke. Menurut dr. Sahat, olahraga untuk lansia tidak harus berat. “Cukup 30 menit gerak setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi masing-masing,” sarannya. Aktivitas sederhana seperti berjalan kaki, senam lansia, atau latihan ringan lainnya membantu menjaga kesehatan otot, tulang, serta kestabilan tekanan darah.
Jika merasa kesulitan menjaga konsistensi sendiri, bergabung dengan komunitas olahraga bisa menjadi motivasi tambahan. Dengan lingkungan yang saling mendukung, kebiasaan sehat jadi lebih mudah dilakukan secara rutin dan menyenangkan.
Meskipun ruang gerak lansia tidak seluas saat masih muda, konsistensi dalam menjaga pola hidup sehat dan tetap aktif bergerak dapat menurunkan risiko stroke secara signifikan. Begitu pula bagi usia muda, penting untuk memanfaatkan waktu kosong untuk tetap berolahraga demi mencegah risiko stroke di masa depan. Dengan disiplin menjaga pola makan dan rutin berolahraga, risiko penyakit seperti stroke, hipertensi, dan kolesterol tinggi bisa ditekan.