Ini Pentingnya Kedokteran Nuklir dalam Diagnosis dan Pengobatan Kanker di Indonesia

Kolaborasi antara Siemens Healthineers dan RAD-AID International
Sumber :
  • ist

Jakarta, VIVA – Di dunia modern ini, kesehatan telah menjadi salah satu isu utama yang menentukan kualitas hidup dan perkembangan suatu negara. Akses kesehatan yang merata merupakan landasan penting untuk memastikan setiap individu, tanpa memandang status sosial dan lokasi geografisnya, bisa mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Namun, di banyak wilayah dunia, akses ini masih terbatas, terutama di negara-negara berkembang di Asia Tenggara, yang memiliki banyak daerah dengan keterbatasan fasilitas medis canggih dan sumber daya kesehatan.

Terlalu Sering Minum Kopi Hitam? Ini 7 Efek Samping yang Bisa Merusak Kesehatan

Untuk itu, langkah-langkah strategis dalam membangun akses kesehatan yang lebih merata sangat penting untuk diambil, baik oleh pemerintah, institusi kesehatan, maupun organisasi non-pemerintah. Scroll lebih lanjut ya.

Akses kesehatan yang terbatas dapat memengaruhi hasil kesehatan masyarakat. Di daerah-daerah dengan fasilitas terbatas, diagnosis dan pengobatan dini seringkali sulit dicapai, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit dan bahkan meningkatkan angka kematian. Inilah sebabnya mengapa menciptakan akses kesehatan yang merata menjadi fokus banyak pihak, khususnya dalam menangani penyakit serius seperti kanker yang membutuhkan peralatan medis canggih dan tenaga ahli berpengalaman.

14 Kebiasaan yang Merusak Jantung Tanpa Disadari, Waspadai Mulai Sekarang!

Dalam upaya menciptakan akses yang lebih merata, kolaborasi antara Siemens Healthineers dan RAD-AID International merupakan langkah yang patut diapresiasi. Melalui kolaborasi ini, kedua organisasi tersebut berfokus pada peningkatan keterampilan tenaga medis lokal dan penyediaan teknologi medis canggih di wilayah Asia Tenggara. Dengan mengadakan pelatihan khusus kedokteran nuklir di Indonesia, Siemens Healthineers dan RAD-AID International memperlihatkan contoh nyata bagaimana kolaborasi internasional dapat mengatasi keterbatasan sumber daya medis di negara berkembang.

Konsumsi Petai untuk Ginjal: Baik atau Buruk? Ini Faktanya!

Alfred Fahringer, Country Head Siemens Healthineers Indonesia, menjelaskan pentingnya kolaborasi ini dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

“Kolaborasi kami dengan RAD-AID mencerminkan komitmen kami untuk menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi di Indonesia. Dengan berinvestasi dalam pendidikan dan kedokteran nuklir, kami mendukung para tenaga medis dan membantu membentuk masa depan perawatan pasien di negara ini. Kemitraan ini akan memberikan dampak berkelanjutan pada sistem layanan kesehatan Indonesia, serta meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan kanker ataupun penyakit lainnya,” ungkap Fahringer.

Kolaborasi antara Siemens Healthineers dan RAD-AID International

Photo :
  • ist

Dengan demikian, pelatihan kedokteran nuklir yang dilakukan di berbagai institusi medis ternama, seperti RSCM/FKUI Jakarta dan RSHS/FK Unpad Bandung, bukan hanya sekadar program jangka pendek, tetapi berpotensi menciptakan dampak jangka panjang pada kemampuan tenaga medis lokal. Program ini berfokus pada peningkatan kemampuan dalam teknik pencitraan canggih, seperti PET/CT dan SPECT/CT, yang merupakan elemen penting dalam diagnosis dan pengobatan kanker. Selain meningkatkan keterampilan teknis, kolaborasi ini juga memupuk kepercayaan diri para tenaga medis dalam menangani kasus-kasus kompleks, sehingga dapat memberikan hasil perawatan yang lebih baik bagi pasien.

Inisiatif yang dilakukan oleh Siemens Healthineers dan RAD-AID International di Indonesia memberikan harapan bahwa akses terhadap layanan medis canggih dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Selama pelatihan, tim ahli RAD-AID memberikan sesi hands-on untuk membantu para tenaga medis mengoptimalkan teknologi kedokteran nuklir dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis kasus-kasus kompleks. Di RSCM/FKUI Jakarta, misalnya, fokus utama diberikan pada penggunaan teknologi PET/CT dalam perawatan onkologi. Sementara itu, di Bandung, sesi pelatihan mendalami penggunaan PET/CT non-FDG untuk mendiagnosis berbagai jenis kanker, termasuk kanker kepala, leher, paru-paru, dan gastrointestinal.

Dr. Daniel J. Mollura, CEO RAD-AID International, menggambarkan keberhasilan program ini sebagai langkah awal dalam upaya membangun infrastruktur layanan kesehatan yang berkelanjutan.

“Keberhasilan program ini di Indonesia menunjukkan kekuatan kolaborasi global dalam mengatasi kritisnya kesenjangan dalam layanan kesehatan. Kami sangat bangga bisa berkolaborasi dengan Siemens Healthineers untuk menghadirkan teknologi dan keterampilan kedokteran nuklir canggih ke wilayah-wilayah yang paling membutuhkan layanan kesehatan tersebut. Ini adalah langkah awal, dan kami berharap dapat melanjutkan misi kami untuk membangun infrastruktur layanan kesehatan yang berkelanjutan,” kata Dr. Mollura.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya