Hipertensi Saat Hamil, Bisakah Melahirkan Normal? Begini Penjelasan Dokter
- Pixabay/Unsplash
Jakarta, VIVA – Kehamilan adalah momen yang sangat dinantikan oleh setiap pasangan. Namun, beberapa kondisi kesehatan dapat mengiringi masa kehamilan, salah satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi saat hamil bukan hanya membuat ibu merasa tidak nyaman, tetapi juga dapat berisiko bagi kesehatan ibu dan janin.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Keokteran Retomaternal, Astrid Fransisca Padang dari RS Pondok Indah, Puri Indah, menjelaskan bahwa hipertensi saat hamil, terutama jika tidak terkontrol, dapat memicu komplikasi serius seperti preeklamsia. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi yang disertai kerusakan organ tubuh lainnya, seperti ginjal dan hati.
Pertanyaan mengenai kemungkinan melahirkan secara normal bagi ibu hamil dengan hipertensi seringkali muncul. Menurut dr. Astrid, secara umum, ibu hamil dengan hipertensi masih dapat melahirkan secara normal dengan beberapa syarat.
"Selama tidak ada indikasi obstetri yang mendesak, seperti tekanan darah yang sangat tinggi atau kondisi janin yang memburuk, maka persalinan normal masih dapat menjadi pilihan," ujar dr. Astrid, kepada awak media via aplikasi Zoom.
Namun, persalinan normal pada ibu hamil dengan hipertensi seringkali membutuhkan bantuan alat, seperti vacuum atau forceps. Hal ini dikarenakan ibu mungkin kesulitan untuk mengejan secara efektif akibat kondisi hipertensi. Selain itu, pemantauan tekanan darah secara ketat selama persalinan juga sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi.
"Karena ibu kebanyakan enggak bisa ngeden. Selain itu harus pasti, terkontrol tekanan darahnya (ibu) dengan baik," ujarnya.
Meskipun persalinan normal masih mungkin dilakukan, ada beberapa kondisi yang mengharuskan ibu hamil dengan hipertensi untuk melahirkan melalui operasi caesar. Beberapa indikasi operasi caesar pada kasus hipertensi antara lain:
1. Tekanan darah yang sangat tinggi dan tidak terkontrol
Jika tekanan darah ibu terus meningkat dan tidak responsif terhadap pengobatan, maka operasi caesar menjadi pilihan yang lebih aman.
2. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa bagi ibu dan janin, sehingga operasi caesar perlu dilakukan segera.
3. Pertumbuhan janin terhambat
Jika pertumbuhan janin tidak sesuai dengan usia kehamilan, operasi caesar mungkin diperlukan untuk menyelamatkan bayi.
4. Plasenta previa
Kondisi di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir juga dapat menjadi indikasi operasi caesar.
Setiap kehamilan adalah unik, begitu pula dengan kondisi hipertensi pada setiap ibu hamil. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil dengan hipertensi untuk berkonsultasi secara teratur dengan dokter spesialis kandungan. Dokter akan melakukan evaluasi secara menyeluruh dan memberikan rekomendasi yang terbaik untuk ibu dan janin.