Banyak yang Salah Kaprah, Dokter Kandungan Bongkar Mitos Tentang BPA dan Kemandulan
- Pixabay.
Jakarta, VIVA – Bisphenol A atau BPA merupakan senyawa kimia sintetis ini umumnya digunakan dalam produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. Senyawa ini biasanya ditemukan dalam kemasan produk seperti galon air minum, lapisan kaleng makanan, hingga wadah makanan.
Makanan atau minuman yang terpapar BPA dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang serius seperti risiko munculnya kanker. Beberapa studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa kandungan itu dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf, terutama pada janin dan bayi.
Selain itu, BPA juga diduga bisa menyebabkan masalah infertilitas atau gangguan kesuburan, hingga membuat wanita tidak bisa punya anak atau mandul. Padahal penyebab kemandulan itu sendiri bisa datang dari banyak faktor baik yang berasal dari pihak perempuan maupun laki-laki. Di antaranya yang berkaitan dengan gangguan kesuburan adalah penyakit PCOS, kelainan pada rahim, kerusakan pada tuba falopi, kanker, endometriosis, dan penyebab umum lainnya.
Dokter Spesialis Kandungan, dr. Ervan Surya, Sp.OG, mengungkapkan ada salah satu jurnal meta-analisis yang telah meneliti sejumlah temuan sejak tahun 2013-2022, menyatakan bahwa masalah kemandulan tidak ada kaitannya dengan kandungan BPA.
"Di sini menyebutkan bahwa ternyata dia mengaitkan tiga, infertilitas secara umum, spesifik melihat PCOS, dan ketiga endometriosis. Dari penjelasan sebelumnya, yang menyebabkan fertilitas adalah infertilitas secara umum, kedua endometriosis, dan ketiga PCOS. Ternyata tidak ada ditemukan hubungannya (dengan BPA)," kata Dokter Spesialis Kandungan RS Eka Hospital, dr. Ervan Surya, Sp.OG, dalam acara Forum Ngobras, di Jakarta, Senin 14 Oktober 2024.
BPA masih terbilang aman bagi tubuh manusia selama dalam kadar konsumsi yang telah ditentukan. Hal ini telah diatur dalam peraturan BPOM Nomor 20/2019 tentang Kemasan Pangan, persyaratan batas migrasi BPA pada kemasan plastik polikarbonat adalah 0,6 bagian per juta (bpj). Selama masih dalam jumlah yang aman, misalnya air minum dalam kemasan (AMDK) atau air galon, masih boleh dikonsumsi setiap hari dan tidak berdampak serius bagi kesehatan.
Di samping itu, seseorang yang belum mempunyai anak tidak sepenuhnya dinyatakan mengalami masalah infertilitas. Untuk mengetahui apakah salah satu dari pasangan mengalami gangguan kesuburan atau kemandulan, harus ada pemeriksaan lebih lanjut. Namun pada umumnya, ada hal-hal yang diperhatikan untuk tahu apakah pasangan itu mengalami masalah infertilitas atau tidak yakni memperhatikan kebiasaan hubungan intimnya.
"Ketika sepasang perempuan dan laki-laki sudah menikah atau berhubungan intim selama kurun waktu setahun, tanpa memakai alat kontrasepsi, dan hubungannya rutin 2-3 kali seminggu tapi tetap tidak punya anak, baru dikatakan infertilitas," paparnya.