Biang Kerok Kolesterol! Dokter Tirta Tegaskan Kol Goreng Bukan Lagi Sayur: Itu Kayak Gorengan

Kol goreng
Sumber :

Jakarta, VIVA – Tidak semua orang suka makan sayur-sayuran meskipun itu adalah salah satu sumber gizi yang diperlukan untuk tubuh setiap hari. Sehingga, cara memasak sayuran dibuat sangat beragam supaya penikmatnya bisa tetap mendapatkan asupan gizi sambil memakan-makanan yang lezat.

Kabar Kenaikan PPN Menjadi 12% Mulai 2025: Berikut Daftar Barang & Jasa yang Bebas PPN

Tidak sedikit yang memasak sayuran dengan cara digoreng, konon rasanya menjadi lebih gurih apalagi teksturnya yang garing dapat meningkatkan nafsu makan. Biasanya, sayur-sayuran yang enak untuk digoreng adalah kol dan terong. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

"Nah ini pertanyaan netizen kemarin, dok saya hobi makan sayur. Kol goreng, cap. Terong goreng, cap," kata Dokter Tirta, mengutip video TikTok @infomenarik6, Senin 7 Oktober 2024.

6 Resep Alami Rebusan Daun untuk Turunkan Kolesterol dan Darah Tinggi, Siapkan di Rumah!

Dokter Tirta ungkap sisi gelap profesi dokter

Photo :
  • Instagram/@dr.tirta

Menurut Dokter Tirta, tidak ada yang salah dari cara makan sayur-sayuran baik itu digoreng, dikukus, ditumis, maupun direbus. Sebab, setiap orang punya pilihan dan selera masing-masing yang tak dapat disamakan dengan orang lain.

Sering Nyeri Dada Sebelah Kiri? Bisa Jadi Ini Penyebabnya!

Hanya saja, ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum mengonsumsi sayuran goreng seperti kol goreng atau terong goreng. Pertama dari segi nutrisi, sayuran yang digoreng akan berkurang kadar nutrisinya. Kandungan vitamin dan mineral dalam sayuran bisa berkurang bahkan hilang akibat kerusakan yang ditimbulkan setelah dipanaskan. Asam lemak tak jenuh dan vitamin antioksidan juga bisa hilang akibat oksidasi yang terjadi ketika digoreng dalam minyak panas.

"Sayur yang dimasak dengan cara digoreng itu akan, satu, mengurangi angka nutrisinya. Apalagi dibakar, hangus," katanya.

Selain hilangnya kadar nutrisi, sayuran goreng justru bisa jadi bermasalah karena minyak yang digunakan. Apabila minyak tersebut sudah dipakai beberapa kali, maka sayuran yang mulanya bersifat sehat akan mengandung lemak jenuh tinggi hingga meningkatkan risiko penyakit kolesterol.

"Kedua, sayur yang digoreng terlalu lama apalagi memakai minyak yang digunakan berulang kali, sifatnya akan menjadi seperti gorengan yaitu akan meningkatkan potensi LDL karena sayur yang digoreng berkali-kali itu akan meningkatkan lemak jenuh," kata Dokter Tirta.

Bukan berarti sayuran goreng dilarang sepenuhnya, Dokter Tirta menyarankan agar tidak terlalu sering mengonsumsinya saja. Sebab sayuran yang digoreng sebenarnya memiliki konsep yang sama dengan gorengan meskipun itu adalah sumber nutrisi yang kaya vitamin.

"Jadi dari sini, nggak masalah Anda makan sayur goreng itu asalkan sekali-kali. Tapi yang jadi masalah, Anda menjadikan pandangan bahwa sayur goreng itu adalah sayur. Ya nggak, itu jadi kayak gorengan sifatnya," pungkasnya.

Nasi Padang.

Siapa Bilang Penderita Diabetes Tak Boleh Makan Nasi Padang? Begini Triknya Menurut Ahli Gizi

Nasi Padang sering kali dihindari oleh penderita diabetes dan kolesterol tinggi. Padahal, nasi Padang bisa jadi menyehatkan selama bisa memilih lauk pauk sesuai kebutuhan

img_title
VIVA.co.id
15 November 2024