Punya GERD Sudah Tak Mempan Pakai Obat? Dokter Sarankan Bedah Laparoskopi

Ilustrasi sakit gerd.
Sumber :
  • Pexels/Andrea Piacquadio

Tangerang, VIVA – GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung seringkali menjadi masalah yang mengganggu kualitas hidup banyak orang. Gejala umum GERD meliputi rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis dan suara serak. 

Tak Perlu Operasi, Penyakit Tulang Belakang Bisa Diatasi dengan Perawatan Non Bedah

Dokter Spesialis Bedah Digestif Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD, menjelaskan, meskipun pengobatan dengan obat-obatan dapat mengurangi gejala, tidak semua pasien mendapatkan hasil yang memuaskan. Lalu, apa solusinya? Scroll untuk mengetahui jawabannya, yuk!

“Untuk kasus GERD yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis, bedah laparoskopi bisa menjadi jawaban,” ujar dokter Eko dalam keterangannya, dikutip Senin 16 September 2024. 

Bisa Obati Banyak Penyakit, 14 RS Terpilih di Indonesia Bakal Dapat Pasokan Sel Punca

Ilustrasi Gerd, sakit lambung

Photo :
  • Pixabay/ Robystarm

Lebih lanjut, dr. Eko Priatno menjelaskan, bedah laparoskopi adalah prosedur minimal invasif yang hanya memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah khusus. 

Jumlah Kematian Akibat Kolera Meningkat 71 Persen

“Metode ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan operasi terbuka tradisional, seperti pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, serta nyeri pasca operasi yang minimal,” jelasnya. 

Menurut dokter Eko, laparoskopi untuk GERD adalah pilihan yang sangat efektif bagi pasien yang tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan. 

“Dengan teknik ini, kami dapat memperbaiki katup antara lambung dan esofagus yang menjadi penyebab utama refluks asam. Pasien biasanya dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan operasi konvensional,” pungkasnya. 

Lalu, siapa saja yang direkomendasikan untuk menjalani bedah laparoskopi ini?

“Bedah laparoskopi untuk GERD biasanya direkomendasikan jika pasien mengalami gejala GERD yang parah dan kronis (berkepanjangan dan tidak membaik), kemudian pasien mengalami komplikasi GERD, seperti esofagitis (peradangan pada esofagus), penyempitan esofagus, atau Barrett’s esophagus, yang berisiko menjadi kanker esofagus,” katanya. 

Kemudian, pasien yang harus terus-menerus menggunakan obat antasida atau proton pump inhibitors (PPI) untuk mengontrol gejala, tetapi tetap tidak mendapatkan perbaikan yang signifikan, juga direkomendasikan untuk menjalani bedah laparoskopi ini. 

“Lalu yang terakhir, pasien yang mengalami efek samping dari pengobatan jangka panjang, yang membuat kualitas hidup menurun,” tambahnya. 

Direktur Bethsaida Hospital, dr. Pitono, mengaku sangat bangga memiliki fasilitas dan peralatan medis yang lengkap, sehingga dapat memberikan berbagai alternatif perawatan bagi pasien dengan berbagai kondisi, salah satunya metode terkini, bedah laparoskopi yang sangat dikuasai dr. Eko Priatno.

“Kemampuannya dalam melakukan bedah laparoskopi untuk GERD merupakan salah satu bentuk pelayanan unggulan yang kami tawarkan kepada masyarakat. Kami berkomitmen untuk selalu memberikan perawatan yang aman, efektif dan mengutamakan kepuasan pasien,” paparnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya