Dokter Tirta Ungkap Bahaya Tak Bisa Kentut, Sebabkan Usus Membesar hingga Pecah?

Ilustrasi orang kentut.
Sumber :
  • The Sun

Jakarta, VIVA – Kentut merupakan aktivitas tubuh yang normal terjadi pada setiap manusia. Dengan kentut menandakan bahwa sistem pencernaan dalam ususmu berjalan dengan baik. 

dr. Tirta Bagikan Tips Menyeimbangkan Denyut Jantung dan Kecepatan Lari, Hindari Kolaps saat Maraton

Namun bagaimana jika seseorang tidak bisa kentut? Hati-hati ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan loh.

Untuk diketahui, dalam proses pencernaan makanan, sebagian sarinya akan diserap melalui usus setelah melalui proses metabolisme. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Indonesia Pushes for New Gas Fields to Achieve Energy Self-Sufficiency

Sementara itu, sebagian yang lain akan diserap produk kerja fermentasi, kerja bakteri, atau enzim yang berbentuk gas. Gerakan peristaltik usus ini selalu mendorong segala isinya ke bawah.

Ilustrasi kentut.

Photo :
  • Iconfinder
Pemerintah Pacu Pengembangan Lapangan Gas Baru Dukung Swasembada Energi

Gas ini pun kemudian akan tertumpuk dalam lumbung usus dan saat kapasitasnya sudah banyak, maka harus dikeluarkan (kentut).

"Jadi gini di dalam perut ada bakteri, bakteri ini kalau ada aktivitas pembusukan dia menghasilkan gas dinamakan aktivitas peristaltik. Semakin tinggi peristaltik, semakin sering kentut," kata dokter Tirta dikutip dari potongan video yang diunggah di akun TikTok @Inspirasi sehat

Lebih lanjut, jika seseorang tidak bisa mengeluarkan gas atau kentut maka akan terjadi penurunan gerak peristaltik pada saluran pencernaan. Alhasil usus yang ada dalam perut akan mengalami pembesaran.

"Kalau orang enggak bisa kentut, dia enggak akan meledak bro. Tapi perutnya akan membesar enggak sampai meledak, namanya ileus,” ujar dokter Tirta.

dokter Tirta

Photo :
  • YouTube Denny sumargo

“Kalau ada orang ileus itu ususnya akan membesar terjadi kegagalan peristaltik di situ. Otomatis kalau peristaltiknya enggak ada, dia enggak akan kentut," sambungnya. 

Ketika terjadi penurunan gerak peristaltik itu, makanan akan terhambat dan fesesnya juga ikut terhambat.

Hal yang terjadi adalah perut menjadi membesar lantaran volume usus mengalami pembesaran.

Ketika perut membesar, maka orang tersebut harus menjalani operasi laparoskopi. Operasi ini harus dilakukan agar tidak membuat usus yang membesar itu pecah.

"Kalau enggak kentut berarti ada kegagalan peristaltik usus, jadi makanan terhambat di situ. Sehingga fesesnya terhambat di situ, ususnya menjadi besar, menjadi ileus yang akhirnya membuat perutnya membesar dan harus dibedah perutnya, laparoskopi,” imbuh dokter Tirta.

“Kalau enggak ususnya akan pecah dan fesesnya akan menyebar kemana-mana bukan perut yang pecah tapi ususnya yang pecah," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya