17 Orang Bisa Tertular dari Satu Penderita Pertusis, Ini Bahayanya!

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/drobotdean

Jakarta, VIVA – Pertusis atau batuk rejan adalah sebuah penyakit infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Hal ini ditandai dengan batuk berkelanjutan yang diikuti dengan napas bernada tinggi. Penyakit yang satu ini paling bahaya terjadi pada bayi dan anak kecil, serta dapat menimbulkan komplikasi bahkan berujung pada kematian.

KPK Temukan Dokumen Penting Dalam Mobil Harun Masiku yang Terparkir Bertahun-tahun

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis ini mengalami kenaikan dan penurunan kasus yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada 2022 ditemukan sebanyak 437 kasus batuk rejan atau pertusis yang kemudian meningkat pada angka 2163 pada 2023. Jumlah tersebut mengalami penurunan pada 2024 yakni sebanyak 1017 kasus. Kebanyakan, kasus ini ditemukan di daerah yang padat penduduk seperti Pulau Jawa dan Sumatera.

Penyakit yang satu ini tidak boleh disepelekan layaknya batuk biasa karena bisa menularkan hingga 17 orang di sekitar penderitanya melalui kontak secara langsung.

Prakiraan Cuaca BMKG: Kota Besar di Indonesia Mayoritas Hujan Ringan dan Berawan

"1 saja penderita pertusis itu bisa menularkan ke 17 orang lainnya. Angka kematiannya sebanyak 4 persen dan akan menular terus," ungkap Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, DR Dr Anggraini Alam, SpA(K), dalam media briefing secara daring, Jumat 23 Agustus 2024.

Jiplak Rezim Nazi Hitler, Militer Ukraina Bangun Kamp Konsentrasi di Rusia

Peluang orang yang berada di sekitar penderita pertusis untuk tertular adalah 90 persen, menjadikan penyakit yang satu ini sangat rawan penyebarannya. Oleh sebab itu, IDAI sangat menyarankan terutama pada anak-anak agar mendapatkan vaksin yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuhnya.

Selain anak-anak, ada juga beberapa kelompok orang yang rentan tertular penyakit ini, misalnya ibu hamil, orang tinggal seatap dengan penderita pertusis, orang dengan antibodi lemah, orang dengan riwayat penyakit, hingga para lansia.

Virus yang menyebabkan batuk rejan ini selain bertebaran di udara juga dapat bertahan di permukaan benda-benda sekitar selama 3-5 hari. Maka dari itu, jika mendapati adanya penderita batuk rejan sangat disarankan untuk lebih rajin membersihkan area sekitar.

"Virusnya bisa bertahan di permukaan 3-5 hari. Makanya pertusis yang diobati nggak hanya orang sakit di sekitarnya, tapi juga harus orang serumah, seatap, seasrama, terutama ibu hamil dan yang punya riwayat penyakit," jelasnya.

Ilustrasi batuk.

Bahaya Batuk Rejan yang Dibiarkan Parah, Sebabkan Komplikasi Penyakit hingga Kematian

Gejala awal yang sering kali didapati pada bayi berusia di bawah satu tahun adalah batuk hingga mukanya memerah namun tanpa bersuara.

img_title
VIVA.co.id
26 Agustus 2024