Soroti Kasus Aulia Risma, Ketua IDI Jawa Tengah: Dokter Anestesi Tingkat Stresnya Tinggi

Pesan Terakhir Dokter Aulia Risma Sebelum Bunuh Diri karena Tak Kuat Dibully
Sumber :
  • Foto: IST

Semarang, VIVA – Aulia Risma Lestari, seorang dokter yang ditemukan tewas bunuh diri di kamar kosnya di Semarang. Ia meninggal dunia pada Rabu, 14 Agustus 2024, setelah menyuntikkan obat anestesi ke dalam tubuhnya. Diduga ia tidak kuat menahan perundungan selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip).

Kata Menkes soal Pencabutan Pembekuan Program Anestesi di FK Undip

Kematian Aulia menyita perhatian banyak orang termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jawa Tengah. Mereka menyayangkan tragedi bunuh diri ini bisa terjadi.

Dr. Telogo Wismo Agung Durmanto, sebagai Ketua IDI Jawa Tengah, menyatakan bahwa dokter anestesi umumnya mengalami tingkat stres yang tinggi. Ini disebabkan oleh beban kerja mereka yang berat dan keharusan untuk bekerja secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, wajar jika dokter anestesi mengalami kelelahan fisik dan mental.

Pembekuan PPDS Penyakit Dalam Unsrat Tuai Sorotan, Kemenkes Dinilai Sewenang-wenang

“Dokter anestesi itu membutuhkan kecepatan dan ketepatan waktu, sehingga stressornya juga besar, itu bisa dimaklumi. Jika kelelahan fisik dan mental itu bisa terjadi,” kata Telogo dilansir dari Youtube tvOne pada Kamis 15 Agustus 2024.

Ilustrasi dokter/rumah sakit.

Photo :
  • Freepik
Kemenkes Serahkan 70 Laporan Korban Perundungan PPDS ke Polda Jateng

IDI menegaskan komitmennya untuk menanggapi kasus bunuh diri yang dialami oleh dokter dengan serius, terutama dokter anestesi yang memiliki tingkat stres kerja tinggi. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, IDI berencana memperkuat upaya pendampingan kesehatan mental bagi tenaga medis.

Organisasi ini akan mendorong pelaksanaan program-program yang lebih fokus pada pemeliharaan kesehatan mental, seperti menyediakan layanan konseling. Langkah ini diharapkan dapat membantu dokter mengelola beban kerja yang berat dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka, sehingga mengurangi risiko kejadian bunuh diri terulang kembali oleh dokter lainnya.

“Pasti IDI akan konsen hal tersebut agar tidak terulang kembali, salah satunya adalah mendorong upaya pendampingan kesehatan mental terutama dokter anestesi,” ungkap Telogo.

IDI telah mengusulkan langkah konkret untuk menangani kasus bunuh diri yang dialami oleh dokter, yakni dengan membentuk tim trauma center dan melakukan evaluasi kesehatan mental secara periodik. Langkah ini diusulkan karena selama ini IDI belum melakukan tindakan terstruktur dalam menangani kesehatan mental para dokter.

Tim trauma center akan berperan dalam memberikan dukungan psikologis dan medis yang cepat dan tepat bagi dokter yang mengalami gangguan mental atau stres berat.

Sementara itu, evaluasi kesehatan mental yang dilakukan secara periodik bertujuan untuk mengidentifikasi sejak dini tanda-tanda gangguan mental, sehingga dapat segera ditangani sebelum berkembang menjadi lebih parah. 

“IDI memberikan usulan agar membentuk tim trauma center dan evaluasi kesehatan mental yang dilakukan periodik, yang selama ini belum dilakukan oleh IDI,” terang Telogo.

Artikel ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau Anda tak menirunya. Jika Anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri, segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu Anda seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya