Menu Terbaik dan Jam Tepat untuk Sarapan Agar Kadar Gula Tidak Tinggi

Ilustrasi sedang makanan.
Sumber :
  • Pexels/Rachel Claire

Jakarta, VIVA – Sarapan memiliki peran penting dalam menjalani aktivitas. Melalui sarapan, kita bisa lebih bertenaga hingga lebih mudah berkonsentrasi. Alhasil dengan sarapan kita mampu mendapatkan hasil yang baik dalam pekerjaan kita.

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Sharena Delon Bagikan Tips Penuhi Nutrisi Keluarga

Namun sayangnya, masih banyak orang-orang yang salah waktu hingga salah mengonsumsi makanan saat sarapan. Alhasil bukannya bertenaga, malah jadi mengantuk atau bahkan gula darah menjadi meningkat drastis.

60 Persen Anak Tak Sarapan Karena Keterbatasan Waktu, Ini Ide Menunya yang Sehat dan Praktis

Lantas bagaimana aturan jam sarapan dan menu sarapan? spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi metablik dan diabetes, Prof. dr. Hans Tandra, Sp.PD-KEMD, Ph.D, FINASIM, FACE menjelaskan bahwa sarapan sendiri akan membantu proses terjadinya metabolisme dalam tubuh.

"Pagi hari namanya breakfast, itu break your fast. Jadi Anda sudah semalaman tidak makan, sudah semalaman kosong perutnya. Metabolisme sudah dalam keadaan lamban, sekarang sarapan itu penting untuk memacu supaya metabolisme mulai jalan," kata dia dikutip dari potongan video yang diunggah di akun TikTok.

Menu Sarapan Jokowi Selama 2 Hari di IKN

Lebih lanjut untuk jam atau waktu sarapan yang terbaik sendiri adalah sebelum jam 7 pagi. Hal ini juga berkaitan dengan proses metabolisme antara jam makan satu dengan jam makan selanjutnya.

"Ingat makan malam kalau bisa tutup di jam 7 malam, supaya metabolisme kita istirahat. Lalu jarak antara dua kali makan itu metabolisme berjalan kira-kira 5, 6 jam. Kalau kita maju 6 jam berarti siang tutup jam 1 siang. Bantu maju lagi jam 6 berarti pagi-pagi rata-rata tutupnya jam 7 pagi," kata dia.

dr. Hans menjelaskan lebih lanjut bahwa konkretnya setengah jam sampai satu jam setelah bangun tidur kita sudah sarapan. 

"Dalam buku-buku early in the morning, dont skip your breakfast. Makan big breakfast, makan besar karena perlu tenaga besar," ujar dia.

Di sisi lain, dr. Hans juga mengingatkan untuk menu sarapan juga tidak boleh asal. Meski dalam porsi besar namun perlu memerhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuh. Sayur sendiri harus memiliki porsi yang lebih banyak, kemudian disusul protein rendah lemak, lalu karbohidrat.

"Tapi ingat pula karena kita kerjanya cuma tidak banyak banting tulang jadi harus ada sejumlah serat sayur dulu kemudian protein rendah lemak kasih ayam atau tahu, tempe, telur kemudian karbo bagian terakhir," ujarnya.

Dia juga menghimbau untuk masyarakat bisa meluangkan waktu satu jam untuk berolahraga pasca sarapan.  

"Dengan demikian Anda tidak akan menjadi kelebihan gula, lemak, kenyang dan berkualitas. Ditambah satu jam kemudian olahraga, kenyang, berkualitas," sambungnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya