Perokok Pasif Juga Berisiko Terkena Kanker Paru, Bagaimana Gejalanya?
- Times of India
Jakarta, VIVA – Rokok menjadi salah satu faktor risiko kanker paru terbesar. Faktor risiko ini tidak hanya membebani para perokok aktif yang secara langsung menghisap rokok, tetapi juga mereka yang terpapar asap rokok alias perokok pasif.
Ya, meskipun tidak merokok secara langsung, paparan berkelanjutan terhadap asap rokok yang dihasilkan oleh orang lain dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Hal tersebut diungkapkan Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Subspesialis Onkologi Toraks
RS Pondok Indah - Puri Indah, dr Wily Pandu Ariawan. Scroll untuk info lebih lanjut, yuk!
Dia mengatakan, perokok aktif dan perokok pasif memiliki risiko yang sama untuk terkena kanker paru. "Dulu kan ada anggapan kalau perokok pasif risikonya lebih besar daripada perokok aktif, ada juga yang menyebut lebih kecil. Tetapi ternyata, sama aja. Jadi, faktor risikonya sama, sama-sama berpotensi mengalami risiko kanker paru," kata dr Wily dalam diskusi daring pada Rabu, 31 Juli 2024.
Hal tersebut lantaran asap rokok mengandung zat-zat yang sifatnya karsinogenik alias memicu kanker. Tak hanya perokok pasif dan aktif, orang-orang yang tinggal di lingkungan yang kualitas udaranya buruk, atau tinggal dan bekerja di lingkungan pabrik, juga berpotensi mengalami kanker paru.
Apalagi, kata dia, bila sehari-harinya menjalani pola hidup yang tidak sehat. Mulai dari suka begadang, makan makanan kurang sehat, stres, dan punya kebiasaan merokok.
Terkait gejala kanker paru, dr Wily mengatakan, bahwa tidak ada tanda-tanda yang dirasakan pasien apabila kanker masih dalam stage awal, seperti di stadium satu. "Gejalanya itu kanker paru gimana sih? Kalau ukurannya kecil, dia nggak bergejala," ujarnya.
Namun, apabila stage berlanjut, maka ada beberapa gejala yang dirasakan seperti batuk yang tak kunjung sembuh, batuk darah, hingga mengalami gangguan pernapasan seperti sesak napas. "Sesak ini tidak seperti asma ya, tapi biasanya pasien mengeluh sesak kalau misal lagi jalan agak jauh, atau jalanannya menanjak, itu bisa jadi karena ukuran tumor yang sudah besar, dan bisa juga terjadi penumpukan cairan pleura yang berlebihan," jelasnya.
Dia mengimbau bagi yang memiliki kebiasaan merokok dan sudah berusia 45 tahun atau lewat dari itu, sebaiknya segera melakukan skrining sebelum adanya gejala kanker. Tak hanya perokok aktif, tetapi juga bagi para perokok pasif yang sering terpajan asap rokok dalam kesehariannya.
"Jadi, kelompok yang risiko tinggi berpotensi kena kanker paru, 45 tahun, masih merokok, disarankan datang ke dokter paru untuk segera di-skrining," ujarnya.