Teratur Hubungan Seks Tapi Kenapa Belum Juga Diberi Keturunan?
- Freepik/
VIVA Lifestyle – Di tengah meningkatnya tren pasangan yang memilih menikah di usia muda, kesehatan seksual sering kali menjadi aspek penting yang kurang mendapat perhatian. Studi terbaru mengungkapkan bahwa kesehatan seksual memainkan peranan krusial dalam membentuk hubungan rumah tangga yang harmonis dan memuaskan.
Tren saat ini menunjukkan bahwa banyak pasangan muda memutuskan untuk menikah dan membangun keluarga lebih awal dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman mengenai kesehatan seksual seringkali menjadi masalah utama bagi pasangan-pasangan ini. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Masalah terkait kesehatan seksual yang dihadapi pasangan muda bervariasi, mulai dari komunikasi yang kurang efektif tentang kebutuhan dan keinginan seksual hingga tantangan dalam menjaga kesehatan reproduksi.
Banyak pasangan muda merasa canggung atau tidak tahu bagaimana cara membahas isu-isu seksual secara terbuka, yang dapat mengakibatkan stres dan ketidakpuasan dalam hubungan.
Isu ini juga mulai banyak diangkat dalam sejumlah serial dalam dan luar negeri termasuk Kawin Tangan yang diperankan oleh Reza Rahardian dan Mikha Tambayong.
Mikha yang berperan sebagai Elsa diketahui telah menikah selama 8 bulan namun belum memiliki tanda-tanda kehamilan. Namun di sisi lain, Edi yang diperankan oleh Reza Rahardian memiliki masalah ereksi ketika berhubungan seksual.
Terkait dengan masalah tersebut, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Made Suyasa Jaya, SpOG (K) mengungkap kesehatan reproduksi memegang peranan penting dalam kehidupan pasangan yang telah atau akan menikah.
“Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dihadapi adalah infertilitas, yaitu kondisi di mana pasangan tidak dapat memperoleh keturunan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1-2 tahun," ujar dr. Made.
Infertilitas bukan hanya masalah medis, tetapi juga mencerminkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
“Peningkatan kasus infertilitas yang telah melampaui angka 10%, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, menunjukkan perlunya upaya lebih dalam meningkatkan pemahaman dan penanganan masalah kesehatan reproduksi di masyarakat,” ujarnya.
Program edukasi menyeluruh dan masif perlu dijalankan untuk menginformasikan tentang masalah infertilitas di tengah banyaknya mitos-mitos yang masih terjadi di masyarakat.
Seperti diketahui, masalah fertilitas bisa terjadi lantaran berbagai hal mulai dari sperma pria, sel telur dan sebagainya.
Di sisi lain, penanganan masalah infertilitas sendiri bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan saluran tuba dan rahim menggunakan HSG dan pemeriksaan kondisi sperma.
Selain itu pasangan juga diharapkan tidak terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan seputar infertilitas. Disarankan sebaiknya mengakses sumber-sumber informasi yang kredibel mengenai hal tersebut.