Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Terkini Diseksi Aorta

Ilustrasi jantung.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA –  Diseksi aorta adalah robeknya salah satu lapisan pada pembuluh darah besar yang biasa disebut pembuluh darah aorta. Kondisi ini tergolong serius dan perlu mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin. Meskipun bisa menyerang siapa saja, namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan faktor risiko diseksi aorta seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, dan lansia.

Cara Efektif Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Tanpa Obat

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diseksi aorta, gejala, dan bagaimana penanganannya, dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA, salah satu dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village Karawaci menjelaskan lebih detail.

dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA

Photo :
  • RS Siloam Lippo Village Karawaci
Cerita Baim Alkatiri Sudah Kena Darah Tinggi di Usia Muda

Pengertian Aorta

Aorta merupakan pembuluh darah terbesar yang membawa darah yang mengandung oksigen dari jantung dan bertugas untuk mengalirkannya ke seluruh tubuh. Terdapat beberapa struktur yang menyusun aorta, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.    Aortic valve: Katup menuju aorta yang dapat membuka dan menutup untuk melepaskan darah keluar dari jantung.
b.    Aortic root: Bagian aorta yang menempel pada jantung sekaligus struktur yang memiliki bagian paling luas dari aorta.
c.    Ascending aorta: Bagian pertama yang keluar dari jantung.
d.    Aortic arch: Lengkungan pada aorta sebagai penyambung antara ascending aorta dan descending aorta.
e.    Descending aorta: Bagian aorta yang memanjang dari dada sampai ke area perut.

Jangan Bingung Lagi, Ini Perbedaan CT Scan Jantung dengan Kateterisasi

Fungsi Aorta

Sebagai pembuluh darah terbesar dan membawa aliran darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh, fungsi aorta bisa dikatakan krusial bagi tubuh karena selain darah, zat-zat lain yang terbawa seperti nutrisi dan hormon juga dialirkan melalui aorta. “Penting bagi kita untuk selalu menjaga fungsi jantung terutama aorta untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi akibat gangguan yang bisa dialami,” ujar dr. Dicky.

Penyebab Diseksi Aorta

Penyakit ini sering kali disebabkan oleh adanya kelainan pada dinding aorta atau tekanan darah yang tinggi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diseksi aorta antara lain:
a.    Hipertensi (tekanan darah tinggi): Tekanan darah yang konstan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan lemahnya dinding aorta. Hal ini membuatnya lebih rentan terhadap robekan dan diseksi.
b.    Penyakit arteri koroner: Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan pembentukan plak di dinding arteri, termasuk di aorta. Plak ini bisa menyebabkan kerapuhan dinding aorta dan meningkatkan risiko terjadinya diseksi.
c.    Kelainan kongenital atau genetik: Beberapa kelainan bawaan seperti sindrom Marfan, Turner, dan kelainan lain yang mempengaruhi struktur dan kekuatan jaringan ikat dapat meningkatkan risiko diseksi aorta.
d.    Cedera atau trauma: Trauma serius pada dada atau perut, seperti kecelakaan mobil atau benturan keras dapat merusak dinding aorta dan menyebabkan diseksi.
e.    Penggunaan obat terlarang: Penggunaan obat-obatan terlarang tertentu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang ekstrem dan melemahkan dinding aorta.
f.    Angkat beban: Bagi yang memiliki hobi angkat beban, lakukan secara bertahap dan jangan terlalu berlebihan untuk angka beban yang dilatih. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab diseksi aorta.

Gejala Diseksi Aorta

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada seseorang yang mengalami diseksi aorta antara lain:
a.    Nyeri dada yang hebat: Nyeri dada terasa secara tiba-tiba dan intens. Nyeri ini biasanya dirasakan di area dada atau punggung bagian atas dan sering kali digambarkan sebagai sensasi menusuk.
b.    Nyeri punggung: Nyeri punggung dapat terasa di antara bahu atau sebagai nyeri menusuk di punggung bagian atas atau bawah.
c.    Sesak napas: Pecahnya dinding aorta dapat menyebabkan penumpukan darah di sekitar jantung atau paru-paru, yang dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan sesak napas.
d.    Nyeri perut: Jika diseksi aorta melibatkan bagian perut aorta, hal tersebut dapat menyebabkan nyeri perut yang parah.
e.    Kelumpuhan ekstremitas: Jika diseksi aorta mengganggu aliran darah ke ekstremitas (lengan atau kaki), maka bisa terjadi kelumpuhan atau mati rasa pada bagian tersebut.
f.    Pucat, berkeringat, atau mual: Beberapa orang mungkin mengalami gejala nonspesifik seperti pucat, berkeringat berbihan, atau mual.

Diagnosis Diseksi Aorta

“Diagnosis diseksi aorta melibatkan evaluasi medis yang mendalam dan detail untuk membantu mengonfirmasi kondisi pasien,” sebut dr. Dicky. Beberapa metode diagnosis yang umum digunakan untuk mengidentifikasi diseksi aorta antara lain:
a.    Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik: Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami dan riwayat medis pasien, termasuk riwayat keluarga yang mungkin memiliki kondisi serupa. Selain itu, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mencari tanda-tanda khusus seperti tekanan darah antara kedua lengan, mendeteksi suara abnormal di jantung atau pembuluh darah, serta penilaian umum kondisi pasien.
b.    CT scan (Computerized Tomography): Tes CT scan menggunakan sinar-X untuk menciptakan gambar detail dari struktur tubuh, termasuk aorta. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi robekan atau penyempitan pada dinding aorta.
c.    MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI menggunakan medan magnetik dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar aorta secara rinci. Metode diagnosis ini juga dapat membantu mengidentifikasi area robek atau kerusakan pada dinding aorta.
d.    Echocardiography (Ekokardiografi): Ekokardiografi menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran detail dari jantung dan pembuluh darah. Ekokardiografi membantu menilai struktur aorta dan mengidentifikasi adanya diseksi.

Setelah diagnosis diseksi aorta dilakukan, langkah selanjutnya adalah segera mengambil tindakan untuk memberikan perawatan yang diperlukan dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa jenis pilihan tindakan yang dapat dilakukan:

1. Minimal Invasif
EVAR (Endovascular Aneurysm Repair) dan TEVAR (Thoracic Endovascular Aneurysm Repair) adalah prosedur perbaikan pada diseksi aorta dan aneurisma aorta (pelebaran atau pembengkakan aorta) dengan menggunakan metode bedah endovaskular. Kedua prosedur tersebut dapat digunakan untuk mengatasi diseksi aorta aneurisma aorta abdomen (EVAR) atau aneurisma aorta toraks (TEVAR).

EVAR merupakan tindakan bedah endovaskular yang dilakukan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta abdomen. “Dalam prosedur ini, kateter yang dilengkapi dengan stent graft (semacam tabung yang dapat memperkuat dinding aorta) dimasukkan melalui arteri di pangkal paha pasien,” sebut dr. Dicky. 

Stent graft tersebut ditempatkan di dalam aorta untuk menggantikan, melapisi, dan memperkuat bagian diseksi atau aneurisma yang melemah. Hal ini membantu mencegah pecahnya aneurisma serta menutup robekan diseksi dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi.

Sementara itu, TEVAR digunakan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta toraks, yaitu pelebaran atau pembengkakan pada aorta bagian dada. “Prosedur ini mirip dengan EVAR, namun stent graft ditempatkan di dalam aorta di area toraks, tepat di atas diafragma. Hal ini membantu mengisolasi dan memperkuat bagian aneurisma dan mencegah pecah atau robekan lebih lanjut serta menutup robekan diseksi,” ujar dr. Dicky.

Keuntungan utama dari EVAR dan TEVAR adalah bahwa prosedur ini dilakukan dengan metode bedah endovaskular, sehingga pembedahan terbuka yang lebih invasif dapat dihindari. Dalam beberapa kasus ini mungkin menghasilkan masa penyembuhan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan waktu pemulihan yang lebih singkat bagi pasien

Namun, penting untuk dicatat bahwa EVAR dan TEVAR mungkin tidak cocok untuk semua pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta. Setiap kasus akan dievaluasi secara individual oleh tim medis yang bersangkutan untuk menentukan apakah intervensi endovaskular dapat menjadi pilihan yang sesuai berdasarkan ukuran dan karakteristik aneurisma, serta faktor-faktor lain seperti riwayat medis dan kesehatan keseluruhan pasien.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi pasien yang menjalani tindakan EVAR dan TEVAR:
a.    Ukuran aneurisma: Ukuran aneurisma aorta akan mempengaruhi kesesuaian untuk tindakan EVAR atau TEVAR. Biasanya, aneurisma dengan ukuran tertentu lebih cocok untuk prosedur endovaskular dibandingkan dengan tindakan pembedahan terbuka.
b.    Pemenuhan kriteria: Diseksi aorta yang memenuhi kriteria EVAR/TEVAR.
c.    Kondisi kesehatan umum: Kesehatan umum pasien, termasuk kondisi jantung, paru-paru, ginjal, dan lainnya, akan memainkan peran penting dalam menentukan apakah pasien dapat menjalani EVAR atau TEVAR dengan aman.
d.    Anatomi vaskular: Struktur anatomi dari aorta dan arteri terkait juga penting untuk dinilai sebelum melakukan EVAR atau TEVAR. Ini akan memengaruhi kemampuan untuk menempatkan alat stent secara efektif.
e.    Riwayat medis: Riwayat medis pasien, termasuk riwayat operasi sebelumnya atau kondisi medis kronis lainnya, akan memengaruhi keputusan dan risiko tindakan EVAR atau TEVAR.
f.    Kualifikasi medis: Selain faktor-faktor di atas, pasien juga harus memenuhi kualifikasi medis tertentu untuk menjalani tindakan EVAR atau TEVAR. Ini mungkin melibatkan tes tambahan atau evaluasi lanjutan sebelum tindakan dilakukan.

Semua faktor ini perlu dievaluasi dengan cermat oleh tim medis sebelum memutuskan apakah EVAR atau TEVAR adalah pilihan yang tepat untuk pasien tertentu.

2. Open Heart Surgery
Diseksi aorta dan aneurisma aorta juga dapat diatasi dengan open heart surgery yang dikenal dengan nama Operasi Bentall. Bentall adalah prosur bedah jantung yang kompleks untuk mengganti katup aorta dan menggantikan sebagian aorta yang melemah atau aneurisma.  

Proses operasi Bentall melibatkan beberapa langkah, termasuk:
a.    Pemotongan aorta: Dokter akan melakukan sayatan pada aorta untuk mengakses katup aorta bagian aorta yang perlu diganti.
b.    Pengangkatan katup aorta: Dokter akan mengangkat katup aorta yang rusak atau berfungsi tidak baik.
c.    Pemasangan katup buatan: Katup buatan atau prostetik akan ditempatkan untuk menggantikan katup aorta yang diangkat
d.    Pemasangan graft aorta: Sebuah graft sintetis atau tabung khusus akan ditempatkan dan dijahit untuk menggantikan bagian aorta yang melemah atau aneurisma.

Operasi Bentall biasanya dilakukan pada pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta yang mengalami kerusakan signifikan atau penyakit katup aortik yang parah. Tujuan dari operasi Bentall adalah untuk mengembalikan fungsi normal dari aorta dan katup aorta, serta mencegah pecahnya aneurisma dan komplikasi seriusnya.

Setelah operasi Bentall, pasien akan memerlukan pemulihan yang intensif dan pemantauan ketat oleh tim medis. Terapi pemulihan melibatkan penanganan nyeri, pengawasan tekanan darah, rehabilitasi fisik, diet seimbang, dan penggunaan obat-obatan untuk mencegah pembekuan darah dan mengontrol tekanan darah. Penting untuk mengetahui bahwa operasi ini memiliki faktor risiko seperti infeksi, pendarahan hingga gangguan irama jantung. Keputusan untuk menjalani operasi harus dibahas dan diputuskan bersama dengan dokter spesialis yang berpengalaman.

Selain Bentall, Operasi Penggantian Aorta merupakan salah satu opsi dari tindakan open heart surgery yang dapat dilakukan. Apabila katup aorta dinilai masih baik, maka cukup mengganti pembuluh darah aorta saja seperti Hemiarch dan Total Arch.

Saat ini belum banyak sarana medis yang dapat menangani kasus aorta. Namun, dengan tim medis yang terlatih dan profesional serta didukung oleh teknologi canggih, RS Siloam Lippo Village Karawaci berhasil menjadi salah satu rumah sakit di Indonesia yang dapat menangani kasus pembuluh darah aorta dengan optimal melalui tindakan minimal invasif atau operasi jantung terbuka untuk mempercepat penyembuhan.

“Dalam 2 (dua) tahun terakhir, kami telah berhasil menangani total 27 pasien dengan masalah pembuluh darah aorta yang memercayakan pengobatannya ke RS Siloam Lippo Village Karawaci,” pungkas dr. Dicky.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya