Indonesia Bisa Tiru China! Turunkan Angka Kesakitan TB 25 Persen dengan Cara Ini
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Berdasarkan hasil rapat tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diselenggarakan pada 27 Mei 2024 lalu, diketahui bahwa sudah ada 8 juta orang di dunia yang mendapatkan pengobatan Tuberkulosis (TB). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkap bahwa angka kematian akibat TB di 47 negara mengalami penurunan.
"47 negara angka kematian TB turun lebih dari 1/3. 47 negara ini kebanyakan ada di Afrika dan Eropa," kata praktisi kesehatan yang juga Guru Besar FKUI, Prof dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K) dalam virtual meeting Ada Apa Dibalik Kenaikan Kasus TB, Rabu 5 Mei 2024.
Namun sayangnya, kata Prof. Tjandra angka kematian akibat TB di Indonesia mengalami kenaikan. Bahkan saat ini Indonesia berhasil menyalip China dan menempati posisi kedua dengan angka kasus TB tertinggi di dunia.
"Data dari 2010 itu urutan paling banyak kasus India, China, Afrika Selatan, baru Indonesia nomor lima. Sekarang nomor 2. 2018 jadi nomor ketiga di dunia. 2022 masih nomor 3. sekarang nomor dua. jadi memang ini dilematis peningkatan karena penemuan kasus," ujarnya.
Prof Tjandra bahkan menyoroti penurunan kasus TB di China. Strategi dalam menurunkan kasus TB di China sendiri kata dia mungkin bisa diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Yang mana dalam 10 tahun terakhir mereka bisa menurunkan angka kesakitan hingga 25 persen.
"China memberikan perhatian pengobatan dan pencegahan masuk dalam kesehatan nasional. Hasil di China 10 tahun terakhir angka kesakitan turun 25 persen atau 2 kali penurunan angka rata-rata dunia," kata dia.
Beberapa poin penting yang bisa ditiru dari pemerintah China dalam menurunkan kasus TB di negara tersebut seperti peningkatan budget untuk penanganan kasus. Di China, kata Prof. Tjandra budget penanganan dan pengontrolan kasus TB di tahun 2023, 20 kali lebih besar dibanding tahun 2021 lalu.
"Biaya pengendalian TB itu bisa menyelamatkan bangsa," ujarnya.
Selain itu, beberapa hal yang bisa ditiru dari China adalah dengan terus menerus melakukan kerjasama multisektor dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Lalu juga untuk melakukan inovasi pengobatan namun jangan sampai melepas pengobatan rutin.
Selain itu, selama 10 tahun terakhir China juga melakukan peningkatan kader untuk penanganan kasus TB hingga lebih dari 10 juta, yang separuh di antaranya adalah anak muda. Yang juga bisa dicontoh dari China dalam memutus rantai kasus TB yakni istri dari presiden China Xin Jinping sebagai goodwill ambassador untuk TB.
"Istri presiden adalah goodwill ambassador untuk TB ini akan bagus kalau diterapkan di Indonesia," ujarnya.