Dua Organ Ini Paling Fatal Jika Terkena Komplikasi Hipertensi

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/rawpixel

VIVA Lifestyle – Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengungkap setiap tahunnya sekitar 7,5 juta orang meninggal akibat komplikasi hipertensi. 

Dampak Bahaya Duduk Terlalu Lama pada Kesehatan Jantung, Meskipun Aktif Berolahraga

Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena sebagian besar penderitanya tidak mengalami tanda-tanda atau gejala. Dalam beberapa kasus, penderita baru mengetahuinya setelah terjadi komplikasi hingga memicu kematian. Scroll untuk info selengkapnya, yuk!

”Hipertensi dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran tanpa adanya keluhan sebelumnya. Hipertensi disebut sebagai silent killer sehingga pasien atau siapapun yang mengalami hipertensi bisa tiba-tiba pingsan dan kemungkinan itu suatu stroke. Disebut sillent killer karena tidak merasakan apapun saat tekanan darah tinggi. Pada sangat tinggi menyebabkan stroke,” kata Spesialis Penyakit Dalam Konseling Ginjal dan Hipertensi, dr. Dina Nilasari, Ph.D, Sp.PD,KGH dalam tayangan Hidup Sehat tvOne, Rabu 22 Mei 2024.

7 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula, Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Ilustrasi hipertensi.

Photo :
  • Pixabay/frolicsomepl

Diungkap Dina bahwa hipertensi menyebabkan komplikasi di hampir semua organ dalam tubuh. Mulai dari jantung, otak dan juga di tempat lain seperti tangan dan kaki.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

“Risikonya bisa komplikasi. Kalau di mata jadinya penglihatan pasien menurun. Atau akan terlihat adanya bercak kemerahan, perdarahan di area mata,” kata dia.

Dari beberapa organ yang paling berisiko jika terjadi komplikasi hipertensi adalah jantung dan otak. Jika kedua organ tersebut terserang bisa menyebabkan terjadinya stroke. Seperti diungkap sebelumnya, stroke sendiri merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. 

“Semua berisiko terserang, yang mana yang fatal tentunya otak dan jantung. Gejala yang terjadi pada otak kelemahan di sisi sebelah tubuh atau tiba-tiba tidak sadar atau vertigo itu bisa saja menjadi tanda adanya stroke,” jelasnya.

Di sisi lain, terkait gejala awal Dina sendiri mengungkap akan sulit dideteksi secara kasat mata. Bahkan tekanan darah 140-150 sudah tidak lagi bisa menjadi patokan terkait dengan hipertensi. Maka dari itu, penting bagi masyarakat luas untuk memeriksa tekanan darah di rumah. 

“Tidak bisa tau tanpa dilakukan pemeriksaan sehingga masyarakat diimbau memeriksakan sendiri tekanan darah di rumah atau home blood pressure monitoring. Jadi memang screening diperlukan dan tidak ada angka patokan, misalnya dokter katakan hipertensi di atas 140-150. Sekarang 130-140 sudah dianggap tinggi itu sudah harus memodifikasi faktor risiko dan ubah gaya hidup,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya