Minum Air Dingin di Cuaca Panas Terik, Bisa Sebabkan Stroke?

Ilustrasi minum air.
Sumber :
  • Times of India

VIVA Lifestyle – Cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah negara di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah dehidrasi yang berlebihan pada tubuh. 

Lagi Tren Fisioterapi ke Rumah untuk Pasien Pemulihan Stroke, Seberapa Efektif?

Kekurangan cairan atau dehidrasi sendiri bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Saat tubuh kekurangan cairan, maka volume dan tekanan darah juga akan menurun. Akibatnya, organ penting di dalam tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Kondisi ini dapat menyebabkan syok hipovolemik (kondisi darurat akibat hilangnya cairan tubuh). Scroll lebih lanjut.

Maka dari itu, masyarakat diperingatkan untuk tetap terhidrasi dengan meminum air minimal 8 gelas per hari atau sekitar 1,5 L. Berbicara mengenai hidrasi, di tengah cuaca yang super panas seperti saat ini masyarakat cenderung memilih air dingin untuk dikonsumsi.

Inilah 7 Makanan Penurun Kolesterol yang Baik untuk Dikonsumsi

Alasannya dengan meminum air dingin dapat membuat tubuh menjadi lebih segar dan menghilangkan keringat. Namun apa benar konsumsi air dingin di tengah cuaca panas ekstrem seperti saat ini bisa menyebabkan stroke?

Tanpa Obat-obatan, Zaidul Akbar Ungkap Cara Agar Terhindar dari Stroke dan Penyakit Jantung

Terkait hal ini, spesialis hipertensi dari Singapura, dr. Adrian Mondry angkat bicara. Dijelaskannya bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa minum air yang sangat dingin dapat menyebabkan stroke saat cuaca panas, demikian pernyataannya dikutip dari laman Kaizenmed.

Namun, dijelaskannya meminum air yang sangat dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di tenggorokan sementara waktu. Sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada area tenggorokan. 

Ilustrasi kepanasan.

Photo :
  • Freepik

Penyempitan ini juga dapat menyebabkan peningkatan refleks pada detak jantung dan tekanan darah, yang mungkin berbahaya bagi individu dengan kondisi medis tertentu. Disarankan untuk minum air pada suhu sedang selama cuaca panas agar tetap terhidrasi dan menghindari potensi ketidaknyamanan.

Selain itu, tidak ada bukti ilmiah  yang menunjukkan bahwa berendam di air yang sangat dingin saat gelombang panas meningkatkan risiko stroke. Faktanya, berendam di air dingin dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan, seperti mengurangi peradangan, meningkatkan sirkulasi darah, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Namun, penting untuk diperhatikan bahwa berendam secara tiba-tiba dalam air yang sangat dingin dapat menyebabkan syok dan mungkin berbahaya bagi individu dengan kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung. 

Ilustrasi cuaca panas.

Photo :
  • Pixabay

Dianjurkan jika ingin berendam demi menghilangkan sensasi gerah coba lakukan secara bertahap menyesuaikan tubuh dengan air dingin dan mencari saran medis sebelum mencoba terapi perendaman air dingin. Selain itu, selama gelombang panas, penting untuk tetap terhidrasi dan menghindari paparan panas ekstrem dalam waktu lama.

Jadi, kesimpulannya dalam gelombang panas saat ini, hal terpenting yang harus dilakukan adalah tetap terhidrasi dengan baik. Minuman dingin tidak masalah bagi sebagian besar orang, tetapi jika Anda merasa tidak nyaman dengan minum air dingin ini, minum air dengan suhu ruangan mungkin lebih baik untuk Anda.

Anda juga dapat mandi air dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Suhu air yang ideal adalah suam-suam kuku, sekitar 24-27°C. Setelah mandi air dingin, ada baiknya Anda menggunakan kipas angin atau AC untuk membantu mendinginkan tubuh. Kipas bekerja dengan menguapkan keringat dari kulit Anda, yang membantu menurunkan suhu tubuh Anda. Anda juga bisa meletakkan handuk basah di leher atau dahi untuk membantu lebih mendinginkan.

Ilustrasi sakit pinggang.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Faktor obesitas atau berat badan dan bertambahnya usia, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya saraf kejepit. Hal lainnya adanya cedera lama dan mengangkat beban berat.

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024