Mengenal TTS, Efek Samping Vaksin COVID-19 AstraZeneca
- Pexels/Maksim Goncharenok
VIVA Lifestyle – Baru-baru ini dalam sebuah dokumen pengadilan, AstraZeneca, raksasa farmasi mengakui bahwa vaksin COVID-19 buatannya menyebabkan efek samping yang cukup langka. Vaksin COVID-19 produksi mereka yang juga digunakan di Indonesia disebut bisa memicu efek samping yakni Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome (TTS).
Kasus ini bermula saat raksasa farmasi itu digugat atas kalalain vaksinya yang dikembangkan bersama dengan Uviversitas Oxford dapat menyababkan kematian dan cedera serius dalam puluhan kasus. Scroll lebih lanjut ya.
Kasus ini pertama kali diajukan oleh Jamie Scott, ayah dua anak yang mengalami cedera otak permanen setelah mengalami pembekuan darah dan perdarahan otak setelah menerima vaksin AstraZeneca pada April 2021 lalu. Akibat insiden itu, Jamie tidak dapat bekerja.
Tak hanya itu rumah sakit yang merawat Jamie juga sempat menghubungi istrinya tiga kali dan memberitahukannya bahwa suaminya sekarat.
AstraZeneca membantah tudingan tersebut. Namun mengakui dalam dokumen legal pada Februari bahwa ada kemungkinan sangat langka bahwa vaksin buatan mereka dapaat menyebabkan TTS (Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome).
Lantas apa itu TTS? Melansir laman healthdirect.gov.au, TTS adalah sindrom yang sangat langka. TTS ini terjadi ketika seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) dan jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia).
Penyakit ini juga disebut sebagai trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin' (VITT). Trombosis adalah pembentukan bekuan darah, yang dapat mengurangi aliran darah normal di pembuluh darah yang terkena.
Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana tidak terdapat cukup trombosit dalam darah. Trombosit biasanya membantu darah membeku (menggumpal), sehingga menghentikan pendarahan berlebihan (misalnya, jika Anda melukai diri sendiri).
Lantas bagaimana TTS dan pembekuan darah dikaitkan dengan vaksin AstraZeneca? TTS adalah efek samping yang sangat langka yang terlihat pada beberapa orang setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca COVID-19.
Risiko TTS tampaknya sedikit lebih tinggi pada orang yang berusia kurang dari 60 tahun.
Penggumpalan darah dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, antara lain:
- otak (disebut trombosis sinus vena serebral, atau CVST)
- perut (trombosis vena splanknikus)
- paru-paru ( emboli paru )
- vena ekstremitas (trombosis vena dalam (DVT))
- arteri (trombosis arteri)
Proses yang menyebabkan TTS belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dianggap mirip dengan trombositopenia yang diinduksi heparin (HIT). Ini adalah reaksi langka terhadap obat yang disebut heparin yang mempengaruhi cara kerja trombosit.