Sekolah di Filipina Tutup Hingga 30 Orang di Thailand Meninggal Akibat Cuaca Panas Ekstrem
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan tengah menghadapi cuaca panas ekstrem. India pada awal pekan ini melaporkan suhu panas mencapai 42 derajat Celcius atau meningkat 5,5 derajat di atas suhu normal. Suhu ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Â
Tak hanya di India, serangan cuaca panas juga melanda Filipina. Saking panasnya, awal pekan ini, Filipina memutuskan untuk menutup 47 ribu lebih sekolah umum selama dua hari akibat cuaca ekstrem hingga tembus 50 derajat. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!
Sementara itu, di Thailand tembus 40 derajat bahkan di provinsi bagian utara Thailand suhu panas mencapai 44,1 derajat. Pemerintah Thailand bahkan mengatakan setidaknya ada 30 orang meninggal akibat cuaca panas tahun ini.
Bahkan pemerintah kota di Bangkok memberikan peringatan panas ekstrem karena indeks panas diperkirakan bakal meningkat di atas 52 derajat. Â
Sementara itu, di Kamboja, Myanmar dan Vietnam, diramalkan suhu panas bisa melebihi 40 derajat Celcius dalam beberapa hari mendatang.
Di sisi lain, di Indonesia sendiri, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan bahwa cuaca panas yang akhir-akhir ini terjadi dikarenakan posisi matahari yang berada tidak jauh dari ekuator yang sekarang sedang berada di belahan bumi utara (BBU).Â
Guswanto menyebut, fenomena yang terjadi saat ini bukan merupakan fenomena gelombang panas atau Heat Wave. Sebab, secara indikator statistik pengamatan suhu, fenomena ini tidak termasuk ke dalam kategori tersebut. Lantas, apa penyebab panas terik di Asia?
Direktur Earth Observatory of Singapore Profesor Benjamin Horton menjelaskan bahwa meningkatnya suhu di berbagai wilayah di Asia disebabkan oleh perubahan iklim dan pola cuaca El Nino yang menghangatkan perairan laut yang biasanya terjadi setiap 2-7 tahun sekali.Â
Benjamin mengungkapkan, penyebab utama terjadinya cuaca ekstrem ini juga ada campur tangan manusia.Â
"Setiap tahun saat memasuki bulan Mei dan Juni, jika kita berada dalam fase El Nino, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia akan menyebabkan suhu selalu mendekati rekor tertinggi," kata dia dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis 2 Mei 2024.
Lebih lanjut diungkap Benjamin, komunitas pemerhati iklim telah memperingatkan hal ini selama beberapa tahun dan terus mencari apa yang perlu diperbaiki.Â
"Apa yang perlu dilakukan sekarang adalah bahwa kita membutuhkan pemerintah (dan) perusahaan-perusahaan swasta untuk memikirkan masalah ini dengan sangat serius dan mendesak, untuk mencoba dan menjaga agar orang-orang tetap aman," kata dia.Â