Ramai Kasus Flu Singapura, Ahli: Itu PTKM
- pixabay/ sweetlouise
VIVA Lifestyle – Beberapa waktu belakangan, kasus flu Singapura mengalami peningkatan. Namun diungkap ahli, sebenarnya penyakit ini bukan bernama flu Singapura. Lalu, apa nama asli dari penyakit ini?
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan, nama sebenarnya dari penyakit tersebut adalah Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM). Scroll untuk info selengkapnya, yuk!
“Penyakit ini seringkali secara salah kaprah disebut sebagai Flu Singapura, merupakan penyakit yang sebenarnya cukup sering ditemui pada anak dan bayi. Karena beberapa tahun yang lalu, ada anak-anak yang datang dari Singapura kemudian mempunyai keluhan ini, maka secara salah kaprah disebut sebagai Flu Singapura,” ungkap Prof Tjandra dalam keterangannya, dikutip Senin 1 April 2024.
Lebih lanjut Prof Tjandra menjelaskan, PTKM memiliki masa inkubasi 3-7 hari. Penyakit ini ditandai dengan demam, munculnya rash (ruam pada kulit) dan blister (benjolan kecil) di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut.
“Penderita cenderung tidak nafsu makan, kemudian malaise dan nyeri pada tenggorokan. Biasanya, setelah satu atau dua hari setelah demam, timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mucus. Lesi dapat terjadi pada lidah, gusi atau bagian dalam mulut lainnya,” jelasnya.
Prof Tjandra mengungkapkan, PTKM ini bukan penyakit berat, dan akan sembuh dalam 7-10 hari, serta pengobatan hanya bersifat suportif.
“Penyebab HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus. Memang pada kejadian amat sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis,” ungkapnya.
“Infeksi EV 71 bermula dari saluran cerna yang kemudian menimbulkan gangguan neurologik. Selain itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis,” tambahnya.
Menurut Prof Tjandra, HFMD cukup menular. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak langsung, cairan hidung dan tenggorokan, saliva, cairan dari blister atau tinja pasien. Masa penularan paling tinggi pada minggu pertama terinveksi.
“Tidak ada pencegahan khusus untuk HFMD, tetapi risiko tertular dapat diturunkan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kalau keluhan cukup berarti, memang baik berkonsultasi ke petugas kesehatan terdekat,” pungkas Prof Tjandra.