Virus Dengue Bisa Menyebar, Waspada DBD di Musim Mudik Lebaran

Ilustrasi mudik
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Dalam waktu dekat, masyarakat Indonesia akan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Di mana, momen tersebut tidak lepas dari budaya pulang ke kampung halaman atau mudik. Hal ini juga perlu menjadi perhatian, mengingat seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi. 

Ketika seekor nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi virus dengue. Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus tersebut kepada orang yang sehat dengan menggigit mereka. DBD tidak dapat menyebar secara langsung dari satu orang ke orang lain, diperlukan nyamuk untuk penularan virus demam berdarah. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Diketahui, risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pemukiman perkotaan, termasuk taman dan tempat bermain yang berada di dalamnya, di mana terdapat kemungkinan yang lebih tinggi untuk menemukan Aedes aegypti dan manusia yang terinfeksi, dibandingkan dengan daerah yang masih berhutan di mana Aedes aegypti dan manusia yang terinfeksi lebih kecil kemungkinannya untuk ditemukan.  

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pexels/icon0.com

Hal ini karena nyamuk dengue dapat terbang beberapa ratus meter untuk mencari wadah berisi air dan bertelur, dan beberapa nyamuk per rumah tangga dapat menyebabkan wabah DBD yang besar. 

Untuk itu, penerapan 3M Plus (menguras bak air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang tidak terpakai, juga mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk) menjadi kunci penting dalam pencegahan DBD, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif melalui vaksinasi. 

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2023 menyatakan, terdapat total 114.435 kasus demam berdarah dengue selama tahun 2023 dengan kematian 894 kasus, turun dari tahun sebelumnya sebanyak 143.266 kasus dan kematian sebanyak 1.237 kasus. Sedangkan, di tahun 2024, sampai dengan minggu ke-11 saja, tercatat 35.556 kasus dengan kematian 290 kasus. 

Suci Arumsari, Pendiri dan Presiden Direktur Alodokter, mengatakan, saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam penanganan kasus DBD. Meskipun upaya pencegahan dan pengendalian telah dilakukan, namun jumlah kasus DBD tetap menjadi perhatian utama dalam ranah kesehatan di negara ini. 

Jelang Purna Tugas, Wapres Ma'ruf Amin Mudik ke Banten

"Faktor-faktor seperti cuaca yang ekstrem, urbanisasi yang cepat, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk, menjadi beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka kasus DBD," ujar Suci dalam keterangannya, dikutip Sabtu 30 Maret 2024. 

Lebih lanjut Suci mengatakan, diperlukan kerja sama lintas sektor serta kesadaran masyarakat yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan Takeda dalam rangka meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan. 

Hati-Hati Sering Masukkan Tangan ke Organ Intim Pasangan Bisa Picu Hal Fatal, Apa Itu?

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menambahkan, DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan sampai saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk DBD – menjadikan tindak pencegahan sebagai kunci. 

Nyamuk Aedes Aegypti Mengandung Wolbachia Akan Dilepas di Jakarta pada Oktober 2024

"Oleh karena itu, kami menyambut baik kemitraan dengan Alodokter untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengetahuan tenaga kesehatan tentang DBD, pencegahannya, serta penanganannya," ucapnya.

"Takeda membangun kemitraan dengan Kementerian Kesehatan melalui kampanye bersama #Ayo3MplusVaksinDBD, yang mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menerapkan 3M Plus secara konsisten guna membatasi populasi nyamuk, serta berkonsultasi dengan dokter mengenai intervensi inovatif melalui vaksinasi," sambungnya. 

Andreas juga menggarisbawahi perlunya lebih banyak edukasi tentang DBD dan intervensi inovasi dalam pencegahan DBD. 

"Masih banyak kesalahpahaman terkait risiko, tingkat keparahan, dan pencegahan dengue. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD, tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidup. DBD terutama memberikan dampak pada populasi usia aktif, dan merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak," jelasnya.

"Perlindungan melalui vaksinasi direkomendasikan oleh asosiasi medis tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa. Oleh karena itu, marilah kita terus memperkaya diri kita dengan pengetahuan tentang DBD dan pencegahannya melalui sumber-sumber yang terpercaya, untuk melindungi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai. Bersama kita dapat memerangi DBD dan mencapai tujuan pemerintah Indonesia yaitu 'Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030'," tutup Andreas. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya