Integrasi Penanganan TBC dan Stunting Penting untuk Pengobatan Anak
- http://revolusiilmiah.blogspot.com/2014/04/5-tips-cara-pencegahan-penularan.html
Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan pentingnya integrasi antara penanganan Tuberkulosis (TBC) dan stunting pada anak. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengobati kasus TBC pada anak secara lebih dini dan efektif.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, menjelaskan bahwa gejala TBC pada anak tidak selalu batuk. Gelaja lain yang perlu diwaspadai yakni penurunan berat badan, ketidakmauan makan, rewel, pembesaran kelenjar di leher.
"Penyakit TBC pada anak gejalanya justru bukan batuk, ya. Ini perlu saya garis bawahi, bukan batuk. Tetapi lebih banyak pada berat badannya turun, yang tidak mau makan, yang rewel, kemudian ada pembesaran kelenjar di leher," ucap Imran dalam Press Briefing Hari Tuberkulosis Sedunia.
Peningkatan penemuan kasus TBC pada anak 2,5 tahun kali dari 42.187 kasus pada 2021 menjadi 132.528 kaaus pada 2023 dipicu oleh beberapa faktor, penemuan kasus yang rendah selama pandemi Covid-19, penularan dari orang dewasa yang tidak diobati. Faktor risiko seperti merokok, penyakit lain yang menurunkan kekebalan tubuh dan nustrisi yang buruk.
Upaya deteksi TBC pada anak diperluas melalui integrasi dengan program penanganan stunting. Penimbangan di posyandu menjadi salah satu cara untuk mendeteksi anak-anak yang berisiko terkena TBC.
"Jadi pada saat penimbangan di posyandu, kalau ada anak yang dinilai berat badannya tidak mencapai berat badannya yang diharapkan, maka kita atau nakes akan melihan penyebabnya apa, karena mungkin bukan hanya masalah gizi terutama," ucapnya.
Selain itu, investigasi kontak juga dilakukan untuk memeriksa anak-anak yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB), Erlina Burhan, menjelaskan bahwa anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena TBC karena sistem imunnya belum berkembang. Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) perlu diberikan kepada kelompok berisiko tinggi untuk mencegah kuman TBC yang dormant menjadi aktif.
"Orang dengan HIV yang tidak terlalu berat, orang yang tinggal serumah dengan pasien TB, contohnya anak-anak balita, anak remaja 5-14 tahun. Kemudian juga kelompok risiko layaknya adalah orang yang kekebalan tubuhnya rendah," ucap dokter spesialis paru.
Selain itu para tenaga kesehatan, warga binaan di penjara, pemakai narkoba dan orang yang tinggal di pemukiman padat penduduk.Â