Sama-sama Atasi Obesitas, Apa Perbedaan Operasi Bariatrik dan Balon Lambung?
- Pexels/Andres Ayrton
JAKARTA – Prevalensi obesitas di Indonesia tidak mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, angka obesitas di Tanah Air masih cenderung tinggi yaitu 21,8 persen.
Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) pun dicanangkan pemerintah. Targetnya pada 2030, dapat menekan 1 persen kematian Penyakit Tidak Menular (PTM), di mana angkanya kini masih cukup tinggi sebesar 60 persen. Lalu, adakah cara untuk mengatasi obesitas? Yuk, scroll untuk info lengkapnya.
Operasi bariatrik dan gastric ballon digadang-gadang sebagai metode penurunan berat badan yang dapat membantu mengatasi obesitas. Lalu, apa perbedaan antara keduanya?
Ahli bedah bariatrik, Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp.B-KBD, menjelaskan, bariatrik merupakan metode invasif atau pembedahan yang dilakukan dengan cara memisahkan lambung menjadi dua bagian, memotong 75-80 persen bagian lambung atau mengikat lambung.
"Jadi intinya adalah bariatrik memang ada masalah efek restriksi, makannya tidak bisa banyak, sesendok udah kenyang banget," ujar dokter Peter saat konferensi pers memperingati Hari Obesitas Sedunia yang digelar PT Regenesis Indonesia, baru-baru ini.
Sementara Program Allurion gastric ballon atau balon lambung adalah sebuah program penurunan berat badan dengan menggunakan gastric ballon, tanpa anastesi, tanpa pembedahan dan tanpa endoskopi. Awalnya, balon berbentuk kapsul akan ditelan, kemudian balon tersebut akan membesar di dalam lambung.
"Balon akan luruh sendiri, jadi kita tunggu sampai turun. Sifatnya temporer, balon hanya bertahan di lambung selama 4 bulan. Dalam 4 bulan akan keluar secara natural melalui feses. Enaknya ada Allurion, itu target 10-15 persen (penurunan berat badan). Kalau bedah bariatrik itu sampai 30 persen," ungkapnya.
Lebih lanjut dokter yang sudah menangani 100 pasien program Allurion gastric ballon itu mengatakan, baik bariatrik atau pun balon lambung pada prinsipnya adalah sama. Namun dia menegaskan, tujuan utama dari keduanya adalah untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bukan untuk menurunkan berat badan.
"Lifestyle change harus jadi tujuan, kalau tujuan utamanya penurunan berat badan itu salah kaprah. Pasien harus mau ubah lifestyle change," jelasnya.
Ir Emmy Noviawati, Selaku President Direktur PT Regenesis Indonesia, menambahkan, pengaplikasian balon lambung cukup singkat dan akan sangat tepat jika ditujukan untuk pasien dengan mobilitas yang tinggi.
"Dengan adanya balon membantu memaksa diri untuk mengelola mindset makan secukupnya, jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal selama program," tutup Emmy Noviawati.