Berapa Ampuh Efikasi Terapi Dienogest Cegah Kekambuhan Endometriosis?
- Freepik
VIVA Lifestyle – Endometriosis merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan nyeri dan seringkali menyakitkan, di mana jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim.
Jaringan endometriosis bersifat seperti lapisan di dalam rahim, jaringan tersebut bisa menebal, rusak, dan berdarah setiap kali siklus menstruasi. Jaringan ini tumbuh di tempat yang bukan semestinya sehingga menimbulkan rasa sakit yang berlebihan. Scroll lebih lanjut ya.
Endometriosis termasuk penyakit dengan kekambuhan tinggi, sehingga memerlukan terapi jangka panjang untuk menanganinya. Selain itu, juga diperlukan adanya diagnosa dini agar penyembuhan lebih cepat dan lancar.
Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta staf pengajar FKUI-RSCM, Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp. OG, Subsp. FER, MSc. menjelaskan, endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia.
“Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosa, dimana data menunjukkan adanya keterlambatan diagnosa 6-8 tahun. Padahal, setidaknya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia, serta 1 dari 10 perempuan di Asia, mengalami Endometriosis. Namun, banyak dari mereka yang baru mengetahui dirinya mengidap Endometriosis, sehingga datang saat kondisi sudah lumayan parah,” kata dia kepada awak media di Jakarta, Jumat 8 Maret 2024.
Kanadi menjelaskan, endometriosis dikatakan sebagai penyakit yang bergantung pada estrogen sehingga pengobatan yang diberikan salah satu pilihannya adalah menggunakan obat yang menekan hormon. Saat ini, terapi progestin ditanyakan sebagai terapi lini pertama untuk Endometriosis.
Salah satu jenis progestin adalah Dienogest. Dienogest telah diketahui mampu mengurangi nyeri pelvis dan nyeri haid terkait endometriosis dengan dosis harian 2 mg, yang tentunya sangat mampu memperbaiki kualitas hidup penderitanya.
“Pada HIFERI Konsensus Tata Laksana Endometriosis 2023, terapi dengan Dienogest merupakan pilihan atau rekomendasi kuat dalam terapi nyeri endometriosis. Hal ini karena profil keamanan dan efektivitasnya sebagai pengobatan lini pertama. Namun pengobatan hormonal seperti ini efektif, jika ada kepatuhan dalam pengobatan jangka panjang sehingga hasilnya akan lebih baik,” tambahnya.
Sementara itu, Head of Medical Dept. Pharmaceuticals Bayer Indonesia, Dr. Dewi Muliatin Santoso menjelaskan, terapi hormonal Dienogest sangat efektif bagi penderita Endometriosis. Dijelaskannya, berdasarkan konsensus HIFERI 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan para Dokter untuk terapi Endometriosis.
Terapi hormonal jangka panjang terbukti efektif dalam mengelola gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup.
“Data menunjukkan adanya pengurangan nyeri sebesar 40 persen dalam 4 minggu pemakaian Dienogest, serta menunjukkan peningkatan nyata dalam ukuran kualitas hidup spesifik (SF-36) setelah 24 minggu pengobatan,” katanya.
Ia juga menambahkan, penelitian pada 29 pasien yang menjalani terapi Dienogest, lebih dari 80% pasien yang sel endometriosisinya hilang atau minimal pada minggu ke-24 pengobatannya.
Dia menyebut real world Evidence jangka panjang menunjukkan Dienogest mampu mempertahankan VAS rendah (Visual Analog Scale/parameter untuk mengukur derajat nyeri pada endometriosis) selama 5 tahun. Kemudian, studi ENVISIOeN juga membuktikan bahwa pola pendarahan yang dialami pasien berkurang seiring berjalannya waktu.
“Ini yang membuat kami berupaya menyebarkan edukasi terkait kepatuhan berobat, karena hasilnya akan berdampak positif jika pengobatan dilakukan dengan benar. Kami juga menyadari bahwa selain pengobatan yang tepat, keberadaan support system dalam komunitas juga penting untuk membantu pasien dalam menjalankan pengobatan mereka,” ujarnya.