Terungkap, Ini Manfaat Bakal Diterapkannya Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan
- Pixabay.
VIVA Lifestyle – Cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) semakin mendesak untuk segera diterapkan. Pasalnya, banyak dampak baik yang bisa didapatkan termasuk menurunkan angka kematian akibat diabetes tipe 2.
Berdasarkan riset terbaru dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), implementasi cukai minuman berpemanis dapat mengurangi beban kasus diabetes melitus tipe 2 di Indonesia hingga 2033.
Selain itu. riset tersebut pun turut menunjukkan, pemberlakuan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebesar 20 persen dapat memulihkan kasus overweight dan obesitas.
Jika kondisi memprihatinkan yang ada saat ini tak disikapi secara serius, maka pada 2033 diprediksi akan ada sekitar 9 juta kasus baru diabetes tipe 2 di Indonesia. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Pemaparan tersebut juga yang menjadi salah satu pembahasan dalam forum duskusi ‘Desiminasi Hasil Penelitian: Membedah Manfaat Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan dari Sisi Kesehatan dan Ekonomi’ yang juga disiarkan secara live streaming YouTube di CISDI channel, Kamis 7 Maret 2024.
“Apabila cukai diterapkan mulai 2024, jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 diperkirakan turun setiap tahun dan dapat mencegah potensi 455.310 kasus kematian kumulatif akibat penyakit tersebut dalam satu dasawarsa ke depan,” kata Soewarta Kosen, Research Principal Investigator CISDI.
Riset itu juga menunjukkan hasil perhitungan apabila intervensi melalui cukai MBDK yang meningkatkan harga jual sebesar 20 persen dilakukan. Di mana, langkah invervensi tersebut akan mampu menjegah hingga 3,1 juta kasus baru diabetes pada tahun 2033 secara akumulatif.
Kemudian, riset itu juga menunjukkan hasil proyeksi penurunan angka kematian akibat diabetes. Jika intervensi tidak dilakukan, kata dia, maka angka kematian yang disebabkan oleh diabetes diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya.
Apabila intervensi dilakukan, maka akan ada sekitar 450 ribu jiwa yang bisa diselamatkan pada tahun 2033 secara akumulatif.
“Temuan utama kami yang pertama, yaitu cukai MBDK dapat memulihkan kasus overweight dan obesitas. Jadi dengan adanya cukai yang mengakibatkan kenaikan harga jual produk-produk MBDK di pasar sebesar 20 persen secara rata-rata, diestimasikan akan menurunkan konsumsi MBDK sebesar 17,5 persen di masyarakat,” ucap Health Economics Research Associate CISDI Muhammad Zulfiqar Firdaus dalam diseminasi hasil risetnya.
Zulfiqar mengatakan, hal tersebut akan berdampak pada penurunan konsumsi kalori harian, berat badan, dan indeks masa tubuh pada populasi sampel yang pihaknya ambil.
Berdasarkan penurunan indeks masa tubuh tersebut, terhitung jumlah kasus berat badan berlebih yang bisa dikurangi mencapai sebesar 253 ribu dan kasus obesitas yang bisa dikurangi sebesar 520 ribu kasus dalam setahun.
Riset itu juga menunjukkan hasil perhitungan apabila intervensi melalui cukai MBDK yang meningkatkan harga jual sebesar 20 persen dilakukan. Di mana, langkah invervensi tersebut akan mampu menjegah hingga 3,1 juta kasus baru diabetes pada tahun 2033 secara akumulatif.
Kemudian, riset itu juga menunjukkan hasil proyeksi penurunan angka kematian akibat diabetes. Jika intervensi tidak dilakukan, kata dia, maka angka kematian yang disebabkan oleh diabetes diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya.
Apabila intervensi dilakukan, maka akan ada sekitar 450 ribu jiwa yang bisa diselamatkan pada tahun 2033 secara akumulatif.
Terkait estimasi manfaat ekonomi yang didapatkan, cukai MBDK dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Pihaknya menghitung matriks berupa disability adjusted life years, yang merepresentasikan potensi kerugian tahun hidup yang hilang akibat suatu kondisi medis tertentu, dalam hal ini diabetes tipe 2.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengatakan, Indonesia masuk ke dalam lima besar prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah China, India, Pakistan, dan Amerika.
Saat ini sudah sekitar 19,5 juta penduduk di Indonesia menderita diabetes dan diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 28,5 juta penderita diabetes pada 2045 mendatang.
“Di Indonesia sendiri data Suskesnas menunjukkan rumah tangga diperkirakan mengeluarkan Rp 90 triliun untuk MBDK pada tahun 2022. Tumbuh sekitar 9 persen dari estimasi nilai belanja nasional MBDK di tahun 2017,” terang Dante.
Dante menyebutkan, melihat kontribusi dan peningkatan beban kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular, dan mempertimbangkan beban biaya kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit yang terkait konsumsi MBDK, langkah serius perlu dilakukan.