Berisiko Diabetes Hingga Jantung, Kenali Tanda Awal Anak Terkena Obesitas
- iStockphoto.
JAKARTA – Obesitas masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang disoroti oleh pemerintah Indonesia. Sebab, masalah kelebihan berat badan ini bukan hanya dialami oleh para orang dewasa melainkan juga anak-anak, yang mana masa depan mereka bisa terdampak karena akibat buruknya pada kesehatan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2022, kelebihan berat badan memengaruhi sekitar 37 juta anak di bawah usia 5 tahun secara global, dan lebih dari 390 juta anak dan remaja berusia 5–19 tahun mengalami kelebihan berat badan, termasuk 160 juta anak yang hidup dengan obesitas – 75 persen di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Scroll untuk info selengkapnya.
Obesitas bisa dicegah sejak dini apabila para orangtua memberikan perhatian ekstra terhadap anak-anaknya. Mulai dari menjaga pola makan, mengajarkan anak beraktivitas fisik, hingga memerhatikan bagian tubuhnya yang mungkin menjadi tanda awal obesitas.
"Anak-anak dilihat, lingkar leher bagian belakang ada hitam-hitamnya atau tidak. Kalau ada, namanya acanthosis nigricans (kulit yang menghitam). Pertanda adanya resistensi insulin di masa mendatang. Kalau dibiarkan jadi diabetes," jelas Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D., dalam acara Diskusi Multi-Stakeholder bersama Novo Nordisk Indonesia, di Jakarta, Selasa 5 Maret 2024.
Anak yang mempunyai ciri dengan kulit menghitam di area lipatan leher, menurut Prof. Dante, akan lebih rentan mengalami resistensi insulin ketika tumbuh dewasa. Resistensi insulin merupakan kondisi di mana sel-sel tubuh tidak bisa menggunakan insulin atau hormon yang mengatur kadar gula darah secara efektif. Akibatnya, orang dengan keluhan ini berisiko besar mengalami diabetes.
Selain ditandai dengan kulit leher yang menghitam, anak-anak yang mulai mengalami obesitas biasanya mempunyai kaki berbentuk O yang membuatnya kesulitan berjalan serta mudah merasa sesak napas apabila naik turun tangga atau melakukan aktivitas fisik.
"Anak yang seperti ini, di data saya pribadi, di Jakarta anak SD saja mencapai 15-16 persen. Mereka sudah resisten insulin. SMP meningkat lagi, lalu saat SMA diabetes," kata Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI, Executive Director, International Pediatric Association.
Selain berdampak pada diabetes, anak-anak yang obesitas juga berisiko mengalami hipertensi sejak kecil, yang mana penyakit ini nantinya berkaitan dengan penyakit jantung koroner hingga masalah pembuluh darah.
Tak hanya itu, pada anak-anak perempuan yang obesitas, maka masa pubertas bisa terjadi lebih cepat hingga menimbulkan risiko penyakit Polycystic ovarian syndrome atau PCOS, yang merupakan gangguan hormon pada wanita di usia subur.
"Remaja kalau anak perempuan, pubertasnya lebih cepat. Lalu obesitas dibiarin lagi, akhirnya dia pendek. Dibiarin lagi, anak perempuan ini jadilah PCOS," kata Prof. Aman.