Bersama Melawan DBD: Menuju Indonesia Bebas Demam Berdarah Dengue di Tahun 2030

Dirawat karena demam berdarah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan permasalahan penyakit yang belum selesai di negara tropis seperti Indonesia. Sehingga yang perlu dilakukan adalah multisektoral yang juga didukung edukasi oleh masyarakat, serta adanya sanitasi lingkungan.

Gejalanya Mirip Flu Biasa, Awas Risiko Serius Virus RSV yang Meningkat di Musim Hujan

DBD tidak bisa dilepaskan dari anomali cuaca yang berakibat bencana di berbagai daerah di Indonesia, namun satu aspek yang tidak boleh dilupakan, keniscayaan penyakit ini akan berkembang masif secara klinis, komunitas dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Dirawat karena demam berdarah

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rahmad
Bisakah Terapi Stem Cell Sembuhkan Pengapuran Tulang?

Dalam bulan belakangan ini kasus Demam Berdarah Dengue meningkat di Indonesia, apalagi musim hujan terus menghujani daerah-daerah dan hal tersebut merupakan kondisi yang memerlukan kesiapsiagaan yang terintegrasi.

Masyarakat harus digerakkan dengan kegiatan-kegiatan sosial untuk mencegah penyakit DBD dari masyarakat seperti ikut dan berpartisipasi untuk kerja bakti membersihkan selokan atau melakukan fogging massal dari rumah ke rumah, seperti yang dikatakan oleh DR Dr. Moh. Adib Khumaidi SpOT selaku Ketua Umum PB IDI pada kegiatan Media Briefing virtual online mengenai Tata Kelola Integratif Demam Berdarah Dengue pada Selasa 27 Februari 2024.

Jangan Putus Asa! Meski Harus Jalani Pengobatan Seumur Hidup, Tingkat Kesuksesan Penanganan Talasemia Capai 95 Persen

DBD merupakan suatu tantangan multi kolaboratif yang melibatkan keilmuan epidemiologi dan kesehatan matra. DBD termasuk penyakit infeksi yang unik, tidak semata penyakit infeksi dan komunitas. Dalam situasi tertentu akan menyibukkan para pihak, bahkan kadang memerlukan pelibatan berbagai sektor. 

Demam Berdarah Dengue biasanya terjadi pada tiga fase, mulai dari gejala febrile, critical dan recovery phase, seperti yang diungkapkan oleh Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD., K.PTI., FINASIM (Bidang Advokasi lembaga Pemerintah PD IDI & Spesialis Penyakit Dalam- Konsultan Penyakit Tropik Infeksi.

1. Fase Febrile (Demam)

Pada fase ini, biasanya orang tersebut akan mengalami demam tinggi hingga 40% pada hari pertama hingga hari ketiga. Di fase ini juga pasien akan mengalami gejala mual, sakit tenggorokan, adanya dehidrasi, nyeri otot, sendi dan tulang.

Selain itu, pada fase ini muncul bintik-bintik merah pada kulit. Biasanya pasien akan mengalami penurunan trombosit dengan cepat sampai kurang dari 100.000 per mikroliter darah yang terjadi pada waktu yang singkat.

2. Fase Critical (Kritis)

Fase critical biasanya terjadi dalam rentan hari keempat sampai hari keenam. Fase ini adalah fase yang harus diperhatikan dan di waspadai.

Pada tahap ini, demam akan turun secara drastis sampai suhu tubuh menjadi normal sehingga pasien merasa sudah sembuh, padahal kondisi di masa fase critical ini akan membuat kondisi semakin fatal dan trombosit darah akan turun drastis akibat beberapa orang sudah kembali beraktivitas seperti biasanya.

Namun, jika pasien ditangani dengan baik pada fase critical, pasien akan dilanjutkan ke fase perbaikan atau recovery.

3. Fase Recovery (Perbaikan)

Setelah fase kritis selesai akan dilanjut ke fase pemulihan. Biasanya fase ini akan dialami pasien sekitar hari ke 7 sampai hari ke 10. Kemudian di fase ini memungkinkan cairan yang keluar dari pembuluh darah kembali ke pembuluh darah. 

Seiring naik turunnya suhu pada tubuh, perlahan-lahan trombosit akan ikut naik ke fase normal. Kadar cairan tubuh yang menurun pun pada fase febrile dan fase critical akan kembali normal.

WHO melaporkan sekitar 50 sampai 100 juta kasus infeksi DBD terjadi setiap tahunnya. Dari kasus-kasus ini, sekitar 500.000 berlanjut menjadi demam berdarah dengue yang menyebabkan 22.000 kematian.

Sedangkan pada tahun 2015,tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia.

Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 9087 penderita meninggal dunia dibandingkan pada tahun 2024.Kematian mayoritas terjadi pada anak-anak dibawah usia 15 tahun.

Petugas melakukan pengasapan untuk memberantas nyamuk demam berdarah.

Photo :
  • VIVA/ Dani.

Bagaimana Indonesia Mempersiapkan Implementasi Inovasi agar Zero Dengue by 2030 Tercapai?

Kelembaban tinggi memiliki peran penting dalam perubahan cuaca dan anomali terhadap penyebaran penyakit dengan perubahan bionomik vektor dalam daya tahan hidup, densitas nyamuk yang memperluas proses penyebarannya.

Hal ini bisa dilakukan melalui proses teknologi wolbachia, teknologi wolbachia adalah inovasi yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Pengembangannya menghadapi tantangan dalam inovasi penanggulangan DBD yaitu penyediaan dan kecukupan telu be wolbachia, perencanaan kegiatan dan pembiayaan serta pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat program ini. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya