Kenali 5 Tanda Overdosis Gula, Bisa Dilihat dari Bentuk Tubuh dan Kulit
- Pexels/Nataliya Vaitkevich
Jakarta – Gula telah menjadi bagian tak terhindarkan dari diet modern kita. Dari minuman manis hingga makanan olahan, banyak dari kita secara tidak sadar mengonsumsi jumlah gula yang berlebihan setiap hari.Â
Meskipun gula memberikan energi instan, kelebihan konsumsi gula dapat memiliki dampak negatif serius pada kesehatan. Overdosis gula dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dan ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai.Â
1. Penambahan Berat Badan yang Signifikan
Salah satu tanda paling jelas dari konsumsi gula yang berlebihan adalah penambahan berat badan yang tidak terkendali. Gula tambahan dalam makanan dan minuman dapat dengan cepat menyumbang kalori tambahan tanpa memberikan rasa kenyang yang berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat mengarah pada peningkatan berat badan yang tidak diinginkan.
2. Peningkatan Rasa Lapar
Meskipun gula memberikan energi cepat, itu juga dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang diikuti oleh penurunan tajam, menyebabkan rasa lapar yang intens. Jika kamu sering merasa lapar bahkan setelah makan, ini bisa menjadi tanda bahwa Anda mengonsumsi terlalu banyak gula.
3. Penurunan Energi dan Kelelahan
Meskipun gula memberikan lonjakan energi singkat, itu juga dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan energi yang tajam setelahnya. Ketika kadar gula darah turun setelah lonjakan, tubuh merasa lelah dan kehilangan energi, yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan kinerja sehari-hari.
4. Masalah Kulit
Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang dapat memicu berbagai masalah kulit seperti jerawat, eksim, dan dermatitis. Gula juga dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, yang dapat memperburuk kondisi kulit.
5. Resistensi Insulin
Salah satu bahaya terbesar dari konsumsi gula berlebih adalah perkembangan resistensi insulin, yang merupakan langkah awal menuju diabetes tipe 2. Ketika kamu terus-menerus terpapar gula dalam jumlah besar, sel-sel tubuh kamu menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang mengatur kadar gula darah. Ini dapat mengarah pada peningkatan kadar gula darah dan perkembangan diabetes.