Ahli Jiwa Ungkap Orang-orang yang Berisiko Kena Gangguan Mental Pasca Pemilu

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Waktu pemilihan umum (Pemilu) semakin dekat, seluruh masyarakat Indonesia tengah memantapkan hati untuk segera memilih siapa saja orang-orang yang akan memimpin negeri ini dalam 5 tahun ke depan.

Budi Gunawan Minta Usulan KPU jadi Badan Ad Hoc Dikaji Lebih Dalam

Setelah masa kampanye beberapa bulan belakangan ini, tentunya baik orang yang mencalonkan diri maupun para pendukungnya saling berlomba mendapatkan suara paling banyak. Usaha keras ini rupanya cukup berisiko menimbulkan gangguan mental yang nantinya akan semakin parah apabila tidak segera ditangani dengan benar. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.

Gejala awal dari gangguan kesehatan yang paling banyak muncul adalah stres akibat memikirkan hasil pemungutan suara nantinya. Kondisi stres ini juga bisa berlanjut menjadi depresi atau psikosis yang lebih para apabila tidak disadari dengan segera.

Bawaslu Wanti-wanti Paslon di Kampanye Terakhir: Cegah Politik Uang dan Fitnah, Fokus Program

"Paling awal adalah stres, merasa tertekan. Kalau bisa mengatasi stresnya harusnya tidak berlanjut menjadi serius. Jadi bagaimana dia mengatasi stres adalah kalau bisa mengubah cara pandang terhadap masalah, itu perlu dibimbing oleh psikolog atau psikiater," jelas dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ, Ahli Kedokteran Jiwa, dalam wawancara eksklusif secara daring bersama Ruma Sakit Pondok Indah, Selasa 13 Februari 2024.

Ilustrasi depresi

Photo :
  • Pixabay
KPU Sebut Cagub Papua Barat Daya yang Sempat Dibatalkan Bisa Ikut Pilkada

Selanjutnya apabila stres yang dialami berkepanjangan, tentu akan memberikan dampak negatif yang lebih besar seperti gangguan penyesuaian, depresi, halusinasi, dan masalah mental yang lebih serius lainnya. Untuk itu, dr. Ashwin menegaskan pentingnya memahami dalam pemilu ini pasti akan ada pihak yang menang dan kalah. Sehingga, siapapun harus menerima kemenangan dan kekalahan itu dengan lapang dada.

"Yang sering pada kasus pasca pemilu yaitu gangguan penyesuaian. Ada sesuatu sangat bermakna, dia kesulitan adaptasi, bisa masuk ke situ. Dia mengalami kekalahan lalu harus berhadapan dengan konsekuensi. Itu kalau nggak siap mental, bisa jadi kecemasan. Kecemasan nggak dikelola dengan baik, jadi depresi," jelasnya.

Pada kondisi lebih parah lagi, seseorang yang mengalami stres berat pasca pemilu juga bisa kehilangan kemampuan menerima realita hingga halusinasi, terutama bagi orang yang mengalami kekalahan.

Siapa yang berisiko alami gangguan mental pasca Pemilu?

Semua orang pasti berisiko mengalami gangguan mental pasca pemilu. Baik orang yang maju dalam pencalonan, pendukung, maupun masyarakat yang memilih ke TPS.

"Jadi tidak pasti bahwa Capres, karena biaya lebih besar jadi lebih stres. Faktornya adalah bagaimana ketahanan mental seseorang. Ada orang yang kepribadiannya dia tangguh dan rentan. Tapi akan lebih baik tangguh dan rentan sama-sama mempersiapkan diri," kata dr. Ashwin.

"Bahkan ada pendukung yang emosional, bahkan nggak terima kekalahannya jadi gangguannya lebih serius dari yang mencalonkan akhirnya," katanya.

Pengobatan untuk atasi gangguan mental pasca Pemilu

Ada dua cara untuk menangani masalah mental pasca pemilu ini yaitu dengan pemberian obat untuk atasi kecemasan, depresi, dan psikosis. Kemudian, ada juga psikoterapi yang sifatnya bisa membantu penderita untuk kembali beradaptasi dengan stres sehingga ia bisa menerima situasi dan melanjutkan hidup.

Semua gangguan mental bisa diobati, tetapi tergantung pada tahap kekuatan mental masing-masing orang. Ada orang dengan mental yang kuat, pasti bisa lekas pulih dari stres berat pasca Pemilu. Sedangkan orang yang mentalnya lemah, butuh waktu yang lebih lama lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya