Mengenal Faktor Risiko Hipertensi pada Anak
- Pixabay/ stevepb
VIVA Lifestyle – Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, bukan lagi masalah kesehatan yang hanya terkait dengan orang dewasa. Sayangnya, hipertensi juga dapat dialami oleh anak-anak, yang disebut sebagai Hipertensi pada Anak (HTA). Angka kejadian HTA pada anak semakin meningkat, dengan 15-19% di antara anak laki-laki dan 7-12% di antara anak perempuan.
Fakta yang perlu diperhatikan adalah jika hipertensi pada anak tidak ditangani dengan baik, bisa menetap hingga dewasa dan menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan organ, stroke, dan gagal jantung. Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan tekanan darah secara berkala setiap tahun setelah anak berusia tiga tahun menjadi sangat penting. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya.
Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi pada anak usia 6-18 tahun mencapai 18,9%. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. dr. Heru Muryawan, Sp.A(K) yang merupakan Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dalam Seminar Media dengan topik “Hipertensi Pada Anak”.
Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi pada anak sendiri dapat dibagi menjadi dua klasifikasi utama, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Berikut penjelasannya:
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebabkan oleh beberapa faktor multifaktorial seperti obesitas, resistensi insulin, aktivasi sistem saraf simpatik, faktor genetik, dan fetal programming.
2. Hipertensi Sekunder
Sementara hipertensi sekunder muncul sebagai akibat dari penyakit lain seperti gangguan ginjal, koartaksio aorta, penyakit parenkim ginjal, arteritis sistemik, tumor, disfungsi endokrin, dan pengaruh lingkungan atau obat-obatan.
Faktor Risiko yang Menyebabkan Hipertensi pada Anak (HTA)
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi pada anak. Faktor keturunan, di mana ada riwayat keluarga yang terkena hipertensi, menjadi salah satu faktor utama. Selain itu, anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, kurang aktifitas fisik, konsumsi garam, lemak, dan gula berlebihan, serta anak yang lahir dengan berat rendah namun mengalami kelebihan berat badan, juga berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi.
Pencegahan hipertensi pada anak dapat dimulai dengan pola hidup sehat, termasuk aktivitas fisik yang cukup, konsumsi gizi seimbang, dan pembatasan konsumsi garam, lemak, serta gula. Penting bagi orang tua untuk memantau kesehatan anak secara rutin dan mencari bantuan medis jika ditemukan gejala atau risiko hipertensi.
Dengan pemahaman dan tindakan pencegahan sejak dini, kita dapat menjaga kesehatan anak-anak kita dan mencegah risiko hipertensi yang dapat berdampak serius pada masa dewasa.