Sebelum Putuskan Pilihan, Yuk Simak Seperti Apa Kepribadian Capres-Cawapres Menurut Ahli Jiwa

Prabowo Subanto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Debat Capres
Sumber :
  • Istimewa

JAKARTA – Kurang dari satu bulan, rakyat Indonesia akan menggelar pemilihan umum (pemilu). Setidaknya ada tiga calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing dalam pemilu 2024 pada 14 Februari 2024 mendatang.

Ketua KPU Sebut Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 Capai 68 Persen Sudah Luar Biasa

Jelang pemilu presiden 2024, ketiga capres dan cawapres telah menggelar serangkaian kampanye di berbagai daerah. Tak hanya itu saja ketiga capres dan cawapres sendiri telah menjalani serangkaian acara debat yang selalu menarik perhatian publik.

Di tengah kampanye dan debat yang dilakukan oleh ketiga capres dan cawapres, ahli sempat memberikan pandangannya terkait dengan kepribadian ketiganya. Lantas seperti apa?

Pakar Nilai Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 Turun dibanding Pemilu karena "Voters Fatigue"

Spesialis kedokteran jiwa, dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ dalam program Hidup Sehat tvOne, Senin 29 Januari 2024, menjelaskan bahwa pesta demokrasi ini konsentasi ataupun debat yang dilakukan sebenarnya merupakan sarana untuk kita bisa melihat visi dan misi juga melihat karakter kepribadian temperamen dari setiap calon yang kita pilih. 

Parpol Capek Sehingga Berefek pada Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 Turun, Kata Pakar Ilmu Politik

“Karena kalau yang kita sebut sebagai kepribadian itu adalah totalitas dari sikap, pikiran dan perilaku seseorang dan itu akan mewarnai kehidupan sehari-hari dan itu akan menjadi ciri-ciri khas dari orang itu ketika menghadapi situasi tertentu. Ini bisa lihat bagaimana posting baliho, poster, flyer atau saat debat atau konstentasi kita akan lihat kepribadian orang ini seperti apa,” kata dia.

Sementara itu, jika dikaitakan dengan kepribadian narsistik, Lahargo menjelaskan bahwa kalau yang disebut sebagai gangguan kepribadian narsistik dia merasa dirinya hebat, merasa dirinya nomor satu, menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Butuh pemujaan, haus pujian, ada rasa sombong, iri hati ketika ada orang lain dapat pencapaian lebih dari dirinya dan kurangnya empati terhadap orang lain. 

“Tetapi sebenarnya setiap orang memiliki narsistik dalam dirinya dalam porsi sewajarnya itu yang kita sebut sebagai ciri kepribadian bukan merupakan gangguan kepribadian hanya ciri kepribadian,” ujarnya.

Sementara itu Lahargo menjelaskan perbedaan antara ciri kepribadian dengan gangguan kepribadian ini. Dia menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai kepribadian tentang totalitas kehidupan seseorang mulai dari pikiran, sikap dan perilakunya. 

Kepribadian seseorang itu kata Lahargo ditentukan dua hal, yang pertama karakternya yang merupakan warisan genetik seperti apa orang tuanya maka kurang lebih dia mewarisi sifat-sifat tersebut. 

Yang kedua kata dia ditentukan pengalaman kehidupannya bagaimana dia mengalami peristiwa kehidupan, menyikapinya bagaimana perjalanan hidupnya. Maka itulah akan menentukan kepribadiannya.

“Kepribadian ini ada dua jenis ada ciri kepribadian itu hanya merupakan tanda dari kepribadian kita dan tidak menimbulkan gangguan dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya narsistik,” ujarnya.

"Tapi kalau sudah gangguan kepribadian selain gejala narsistiknya itu muncul dia sudah menimbulkan gangguan relasi, dan menimbulkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dianjurkan orang yang memiliki gangguan narsistik ini untuk melakukan konsultasi,” kata dia. 

Direktur Indonesia untuk Australia-Indonesia Center, Kevin Evans

Usai Pemilu 2019, Pemberantasan Korupsi di Indonesia 'Melempem'

Pada 2019 hingga 2023, berturut-turut, CPI Indonesia berada di angka 4,8, 3,7, 3,8, dan 3,4.

img_title
VIVA.co.id
6 Desember 2024