Cedera saat Olahraga? Ini yang Harus Dilakukan
- Planetfitness
VIVA LIFESTYLE – Cedera dalam aktivitas olahraga dapat terjadi pada struktur tubuh seperti sendi, otot, tendon, atau ligamen, menyebabkan kerusakan yang bervariasi. Dalam kategorinya, cedera dapat dikelompokkan menjadi cedera langsung, tidak langsung, akibat penggunaan berlebihan, cedera jaringan keras, dan cedera jaringan lunak, yang melibatkan kulit, otot, tendon, dan ligamen. Menanggapi cedera ini, penanganan yang cermat dan penerapan terapi serta rehabilitasi yang tepat diperlukan.
Salah satu pendekatan umum dalam menangani cedera olahraga adalah melalui metode RICE, yang melibatkan Rest (istirahat), Ice (es), Compression (tekanan), dan Elevation (menaikkan). Metode ini menjadi landasan utama dalam penanganan cedera olahraga, memastikan pemulihan yang optimal. Scroll lebih lanjut ya.
Cedera olahraga dapat terjadi baik selama latihan, pertandingan, atau perlombaan, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau jenis olahraga yang dijalani. Untuk mengatasi cedera olahraga, pelatihan dan pendampingan diperlukan agar peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menangani kasus cedera.
Menurut Ester Lita Maratade, seorang Fisioterapis Olahraga yang diwawancarai dalam program Hidup Sehat tvOne pada Kamis, 25 Januari 2024, "Kalau pas cedera langsung aja dikompres dulu. Kompres dingin ya jangan dipijit juga. Kalau bisa kompresnya 10 menit sampai 15 menit dan lebih terus sampai 3 hari masih ada bengkak masih ada fungsionalnya terganggu bisa langsung konsultasi ke dokter atau fisioterapi."
Terkait anggapan seputar fisioterapi, ada perbedaan antara fisioterapi dan terapi urut. Fisioterapi merupakan tindakan medis yang direkomendasikan oleh dokter untuk memulihkan fungsi tubuh, khususnya dalam konteks cedera olahraga. Profesi fisioterapi, terutama fisioterapi olahraga, menjadi semakin diakui karena perannya yang signifikan dalam mendukung pemulihan atlet.
Fisioterapi olahraga, sebagai bagian dari fisioterapi, adalah upaya yang dilakukan oleh fisioterapis pada pasien yang mengalami cedera atau penyakit tertentu. Tujuannya adalah mengembalikan fungsi tubuh ke kondisi normal. Dalam konteks olahraga, pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah aktivitas fisik menjadi kunci untuk mencegah cedera. Pemahaman ini menjadi penting bagi para pemain olahraga agar dapat menghindari postur tubuh yang berisiko, yang dapat menyebabkan kelelahan dan berpotensi mengakibatkan cedera.
"Yang paling utama pemanasan dan pendinginan juga kalau olahraga," ujarnya.
Dengan demikian, penerapan prinsip-prinsip dasar penanganan cedera olahraga dan peran integral fisioterapi olahraga menjadi kunci dalam memastikan keberhasilan pemulihan atlet dan individu yang terlibat dalam aktivitas fisik intensif.