20 Kali Lebih Mematikan dari COVID-19, WHO Minta Bersiap Hadapi Penyakit X
- WHO
DAVOS – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, telah mendesak negara-negara untuk menandatangani perjanjian pandemi baru, ketika ia memperingatkan tentang penyakit X.
"Virus yang belum terindentifikasi di masa depan ini bisa jadi lebih mematikan dibandingkan penyakit apa pun yang pernah kita hadapi sebelumnya," kata Tedros saat berbicara di acara Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dikutip Express, Selasa 23 Januari 2024. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyatakan harapan akan tercapainya kesepakatan global pada Mei 2024 mendatang.Â
Para ahli bahkan berpendapat, penyakit X bisa 20 kali lebih mematikan dibandingkan COVID-19. Tedros menyebut, COVID-19 sebagai penyakit X pertama dan menekankan perlunya kesiapan seluruh dunia untuk menghadapi penyakit berikutnya.Â
WHO mengungkapkan, istilah penyakit X menandakan epidemi global serius yang berpotensi disebabkan oleh patogen yang tidak diketahui. Menurut USA Today, pada 2018, WHO menambahkan penyakit X ke dalam daftar penyakit prioritas untuk diteliti.Â
Hal ini mencakup penyakit seperti Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) dan Ebola, agar dipercepat untuk dilakukan pengembangan tes, vaksin, dan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa selama krisis kesehatan.Â
"Ada hal-hal yang tidak diketahui yang mungkin terjadi. Dan apa pun yang terjadi soal kapan, bukan apakah. Jadi kita perlu memiliki penggantinya untuk penyakit yang tidak kita ketahui," ungkap Tedros.Â
"Kami kehilangan banyak orang (selama COVID-19) karena kami tidak dapat menangani mereka. Mereka bisa diselamatkan, tapi tidak ada ruang. Tidak ada cukup oksigen. Jadi, bagaimana Anda bisa memiliki sistem yang bisa berkembang ketika dibutuhkan?" sambungnya.Â
Tedros lebih lanjut mengatakan, jika perjanjian pandemi baru ini didukung oleh negara-negara, maka ini bisa menjadi cara terbaik untuk mempersiapkan diri.Â
"Perjanjian pandemi ini dapat menyatukan seluruh pengalaman, seluruh tantangan yang kita hadapi, dan seluruh solusi menjadi satu. Perjanjian itu dapat membantu kita mempersiapkan masa depan dengan cara yang lebih baik," bebernya.Â
"Ini adalah kepentingan global bersama, dan kepentingan nasional yang sempit tidak boleh menjadi penghalang," imbuh Tedros.
Hingga saat ini, masih belum diketahui berapa banyak negara yang akan setuju untuk menandatangai perjanjian tersebut.Â