Ibu Hamil yang Terpapar Asap Rokok Setiap Hari Bisa Berdampak Bayi Jadi Stunting
- www.autoguide.com
JAKARTA – Asap rokok yang dihembuskan perokok diketahui bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Bukan hanya untuk dirinya saja, tetapi juga orang yang ada di sekitarnya.
Asap rokok yang mengandunng sekitar 7.000 bahan kimia berbahaya seperti karbon monoksida, hidrogen sianida dan benzena yang dihirup secara terus menerus oleh perokok pasif dapat menyebabkan radang paru, atau bahkan kanker paru-paru.
Selain itu, perokok pasif seperti ibu hamil diketahui dapat menyebabkan masalah pada janinnya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini
Hal tersebut diungkap oleh Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), FISR, FAPSR dalam virtual media briefing, Selasa 9 Januari 2024.
"Anak-anak tinggal di rumah orang tuanya merokok mengalami peningkatan risiko ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) jauh lebih tinggi dibanding orang tuanya yang tidak merokok. Mengalami risiko gejala asma dan asma lebih tinggi," kata dia.
Untuk ibu hamil dijelaskan Prof Agus, jika terpapar dengan asap rokok, bayi yang dikandungnya akan berukuran pendek, stunting hingga berat badan rendah ketika lahir.
"Bahkan pada ibu hamil kita melakukan penelitian pada perokok konvensional yang merokok suaminya ibunya enggak, begitu lahir janin bayinya lebih pendek ukurannya, stunting jadinya begitu pula beratnya lebih ringan," kata dia menjelaskan.
Kasus bayi lahir stunting akibat paparan asap rokok ini juga pernah dilakukan penelitiannya dimana dari 50 sampel jika ibu hamil terpapar asap rokok setiap hari dapat menyebabkan bayinya bertubuh pendek.
"Kalau di rumah ada perokok ada yang hamil janinnya terpengaruh pertumbuhannya dan terbukti ketika lahir dan itu ada penelitiannya sekitar 50 sampel kita liat yang kena rokok tiap hari di rumah bayinya lebih pendek," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan dampak kesehatan yanng ditimbulkan akibat paparan asap rokok elektrik atau vape terhadap ibu hamil dan bayi diungkap Prof Agus belum ada penelitiannya hingga saat ini.
"Rokok elektronik belum ada ini, jadi pr kami. Ini sebuah trend terbaru, tentunya kami akan lakukan kajian riset lebih lanjut," katanya.