Hal yang Harus Siapkan Sebelum Liburan, Ketahui Sumber Penyebaran Penyakit di Tempat Wisata
- AP Photo/Andy Wong.
VIVA Lifestyle – Masa liburan seharusnya diisi dengan kegiatan yang menyenangkan seperti mengunjungi tempat wisata hingga mencicipi makanan khas dari berbagai daerah. Tetapi, semua rencana yang sudah diatur bisa berantakan karena kondisi kesehatan yang kurang mumpuni.
Belakangan ini, perubahan cuaca dari panas menjadi tiba-tiba hujan menyababkan banyak masalah kesehatan seperti batuk dan pilek. Apalagi, penyakit ini sangat rentan dialami oleh anak-anak jika imunitas tubuhnya tidak terjaga saat dalam perjalanan jauh.
Bahkan di Indonesia belakangan ini kasus pneumonia dan COVID-19 kembali meningkat dan membuat semua orang waspada. Kondisi udara yang tidak baik tentunya akan berkontribusi pada masalah pernapasan.
Penyebaran penyakit yang menyerang pernapasan ini akan semakin berbahaya jika terjadi penularan pada wisatawan pada liburan akhir tahun. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Dari 100.000 pelaku perjalanan ke negara berkembang selama satu bulan, setengahnya atau 50.000 orang dapat mengalami masalah kesehatan.
Beberapa penyebabnya ialah mabuk laut pada perjalanan jalur laut hingga kelelahan selama bepergian.
"Salah satu yang tersering yaitu juga penyakit infeksi. Dari 50.000 yang mengalami masalah kesehatan, ada 8.000 yang konsultasi ke tenaga kesehatan. Sangat sayang kalau pergi liburan untuk bersenang-senang malah harus beristirahat atau bed rest. Sebanyak 300 harus dirawat di rumah sakit, bahkan ada yang mengancam jiwa," ungkap dr. Thomas Aditya selaku Medical Manager Vaccine PT Kalventis Sinergi Farma, dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk.
"Pada studi di Journal of Travel Medicine tahun 2018, kira-kira 1 dari 100 traveler akan terkena influenza saat traveling. Tujuan kita saat traveling itu kan salah satunya kulineran, yang berisiko penularan tifoid. Tifoid sendiri kasusnya 1 per 1000 traveler," sambungnya.
Oleh sebab itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum pergi berlibur. Pertama, faktor risiko infeksi saat traveling, yakni semua orang harus mengetahui apa saja penyakit endemis atau penyakit yang menyebar di wilayah tujuan.
Misalnya, ada beberapa daerah yang menjadi endemis terhadap japanese encephalitis atau terhadap tifoid. Kemudian, pada negara yang memiliki musim dingin biasanya bertepatan dengan penyebaran flu.
Faktor risiko lainnya, dari moda transportasi. Sebab, infeksi virus dengan penularan melalui udara atau airborne, berisiko menyebar ketika naik pesawat dalam jangka panjang.
Dalam hal ini, sirkulasi udara di pesawat yang terbilang tertutup dan kurang baik. Dokter Thomas mengatakan, terdapat studi yang mengungkapkan bahwa satu orang yang terkena flu dapat menyebabkan penularan ke penumpang lainnya hingga 70 persen dari penumpang di pesawat.
Selain itu, transmisi penyakit menular dapat juga melalui food borne atau makanan dan atau air yang kurang higienis. Nyamuk juga bisa memberikan penularan, seperti nyamuk Culex spp yang menjadi vektor japanese encephalitis.
Hewan yang berisiko tinggi penularan rabies juga perlu diwaspadai ketika liburan akhir tahun.
"Maka untuk meminimalkan risiko penularan penyakit, pola hidup bersih dan sehat harus diterapkan, termasuk rutin mencuci tangan menggunakan sabun. Imun tubuh juga harus ditingkatkan, yaitu dengan beraktivitas, olahraga, minum vitamin. Namun kalau infeksi, perlu perlindungan spesifik yang bisa didukung dengan vaksinasi. Penyakit influenza, tifoid, hepatitis A, itu bisa dicegah dengan vaksinasi," jelas dr. Thomas
Terkait travel vaccine untuk daerah endemis, ada vaksin hepatitis A dan tifoid sebagai pencegahan penularan penyakit melalui makanan dan air. Kemudian untuk penyakit yang penularannya melalui udara, itu ada vaksin influenza.
Sedangkan untuk mengantisipasi penularan penyakit dari nyamuk, tersedia vaksin japanese encephalitis (radang otak). Kemudian ada vaksinasi meningitis untuk radang selaput otak.
Kalventis juga menyediakan vaksin untuk rabies. Ada juga vaksin yellow fever untuk traveling ke daerah Amerika Latin atau Afrika.
Biasanya, butuh sertifikat vaksin apabila ingin traveling ke daerah endemis. Pelayanan vaksinasi pun mudah, karena dapat dilakukan di fasilitas kesehatan.