Penelitian: 51 Persen Warga Jabodetabek Usia di Bawah 40 Tahun Alami Kesepian

Ilustrasi kesepian.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Baru-baru ini Health Collaborative Center (HCC) merilis tentang penelitian terbarunya mengenai tingkat kesepian terhadap masyarakat di Jabodetabek. Penelitian ini berlangsung sejak November 2023 pada 1229 responden mayoritas Jabodetabek.

Sambil Menangis, Asri Welas Ungkap Selama 4 Tahun Ini Merasa Sendiri hingga Akhirnya Putuskan Cerai

Penelitian ini mayoritas perempuan rentang usia antara 21 hingga 60 tahun. Penelitian dilakukan dengan survey online menggunakan kuesioner UCLA Loneliness Scale yang tervalidasi dalam Bahasa Indonesia. Dengan random sampling dan margin of error 1.6 dan mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Kesehatan, yang merujuk pada tingkat kredibilitas dan validitas dari hasil penelitian ini.
 
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti utama dan ketua HCC Dr dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK menunjukkan bahwa 4 dari 10 orang yang tinggal di Jabodetabek mengalami kesepian derajat sedang dan berat. 

6 Kebiasaan Sederhana yang Membuatmu Jadi Pribadi yang Selalu Dirindukan Orang Lain

Ray Wagiu Basrowi menegaskan, hasil derajat kesepian orang Jabodetabek ini secara signifikan berhubungan langsung dengan empat variable, yaitu status perantauan, usia muda kurang dari 40 tahun, status belum menikah dan perempuan. 

Menurut Dr Ray, survey menggunakan UCLA Loneliness Scale ini menunjukkan bahwa, status seorang perantau yang tinggal di Jabodetabek memiliki potensi atau risiko hampir dua kali lipat untuk menderita kesepian derajat sedang hingga berat. Bahkan terdapat satu indikator penting yaitu 62 persen indikator kesepian dibentuk oleh perasaan tidak merasa cocok dengan pergaulan dan orang-orang di sekitarnya. 

BMKG Wanti-wanti Banjir Parah di Jabodetabek Tahun 2020 Terulang Kembali

“Ini indikator yang tidak menyenangkan karena WHO sendiri sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa bahaya dari kesepian dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, meningkatkan risiko penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan meningkatkan risiko kematian,” uangkap dr Ray yang juga inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Selasa 19 Desember 2023.

Hasil penelitian ini lebih lanjut menemukan fakta lain, yaitu lebih 51 persen kelompok penduduk dengan usia di bawah 40 tahun mengalami kesepian derajat sedang dengan risiko nya lebih dari dua kali lipat. 

Menurut Dr Ray temuan ini juga membuktikan bahwa kelompok usia muda yang berada pada tahap masa hidup aktif dan produktif ternyata sebagian besar mengalami kesepian. 

“Artinya istilah support system yang sangat popular di kalangan generasi muda terkesan tidak cukup mendukung para generasi muda dan produktif di kota besar untuk tidak merasa kesepian,” tegas Ray yang merupakan pengajar kedokteran kerja di Departemen Kedokteran Komunitas FKUI ini.

Temuan lain dari studi ini adalah terkait dengan status perkawinan. Sebanyak 60 persen penduduk Jabodetabek yang belum menikah atau janda dan duda mengalami kesepian derajat sedang hingga berat, dimana risikonya juga secara statistik sangat bermakna yaitu mencapai satu setengah kali lipat.

“Kondisi status perkawinan ternyata ketika dihubungkan dengan derajat kesepian menunjukkan adanya hubungan dengan jenis kelamin perempuan. Jadi perempuan memang lebih rentan untuk mengalami kesepian bila mereka tidak menikah, paling tidak ini terlihat dari analisis univariat yang dilakukan penelitian ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Dr Ray mengungkapkan, penggunaan kuesioner UCLA Loneliness Scale sudah sering dipakai untuk mendapatkan penggambaran skala kesepian di komunitas di berbagai negara, sehingga kuesioner ini dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah.

Meskipun demikian, menurut dr Ray, tentunya hasil ini tidak 100 persen merepresentasikan kondisi secara umum tapi cukup kuat untuk mendapatkan indikasi derajat kesepian, agar menjadi bahan acuan, diskusi dan rekomendasi bagi masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah untuk mencari solusi bahwa kesepian itu terjadi di masyarakat kita dan perlu diatasi dengan sejumlah langkah cepat. 

“Salah satu rekomendasi HCC berdasarkan studi literatur menunjukkan efektivitas dari ruang public yang ramah interaksi sudah diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Hasil studi ini diharapkan bisa menjadi pemantik diskusi pentingnya kesehatan jiwa di Indonesia,” ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya