COVID-19 Naik Lagi, Yuk Jaga Imunitas dengan Vitamin D

Ilustrasi vitamin D.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Vitamin D berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Setelah berita mengenai angka lonjakan COVID-19 kembali terjadi di Indonesia, maka masyarakat juga diimbau untuk mulai melakukan pencegahan mulai dari menerapkan pola hidup bersih dan sehat hingga mengonsumsi suplemen kesehatan.

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

Serangkaian penelitian mengungkapkan bahwa vitamin D dapat melindungi tubuh dari tertularnya SARS-CoV-2, virus yang dapat menyebabkan COVID-19. Vitamin D juga dapat mengurangi keparahan penyakit jika hasil tes menyatakan positif COVID-19. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Dalam sebuah penelitian, peneliti Kedokteran Universitas Chicago yang dipimpin oleh Dr, David Meltzer, Kepala Kedokteran Rumah Sakit universitas tersebut, menemukan hubungan antara kekurangan vitamin D dan risiko terkena COVID-19.

Gejalanya Mirip Flu Biasa, Awas Risiko Serius Virus RSV yang Meningkat di Musim Hujan

Para peneliti mempelajari 489 pasien di rumah sakit dan mengamati bahwa mereka yang kekurangan vitamin D (didefinisikan sebagai kurang dari 20 nanogram per mililiter darah) hampir dua kali lebih mungkin (1,77 kali lebih tinggi) untuk dites positif mengidap virus corona baru dibandingkan mereka yang normal kadar vitamin D-nya.

Daftar Makanan yang Aman dan Berbahaya bagi Penderita Asam Urat

"Temuan ini tampaknya mendukung peran status vitamin D dalam risiko COVID-19," tulis para peneliti dalam studi kohort retrospektif mereka, melansir Healthline, Kamis 7 Desember 2023.

Mereka juga menyerukan studi klinis lebih lanjut mengenai kemungkinan hubungan antara vitamin dan penyakit. Meltzer mengatakan, dia memberi peringkat kecukupan vitamin D dalam makanan di bawah menggunakan masker dan menjaga kebersihan, dalam hal pencegahan COVID-19.

"Tetapi saya pikir itu harus berada di urutan teratas dalam daftar semua orang. Ada banyak bukti bahwa kita harus menangani [kekurangan vitamin D] dengan sangat serius," kata Meltzer.

Vitamin D berperan sangat penting dalam menjaga tubuh tetap sehat dan melawan penyakit dengan cara yang paling tidak merusak dengan memoderasi respons imun tanpa memicu reaksi imun berlebihan seperti badai sitokin yang sering dikaitkan dengan penyakit parah akibat COVID-19, menurut Dr, Manisha Singal, seorang dokter penyakit dalam dan kepala petugas medis di Rumah Sakit Bridgepoint di Washington, D.C.

"Ini mengarahkan sistem kekebalan tubuh menjauh dari jalur yang sangat meradang dan menuju jalur yang lebih diatur," kata Dr, Manisha Singal, seorang Dokter Penyakit Dalam.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner

Meskipun yang terbaik adalah mendapatkan vitamin D dari sumber alami, suplemen juga efektif dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mendapatkan cukup vitamin D jika mengonsumsi makanan yang relatif sehat dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Kekurangan vitamin D dalam tubuh memiliki dampak buruk pada kesehatan yakni kerentanan terhadap infeksi virus. Lebih dari 40 persen penduduk AS kekurangan vitamin D, yang dapat ditemukan dalam makanan seperti salmon dan ikan berlemak lainnya, kuning telur, jamur, dan makanan yang diperkaya vitamin, seperti susu. Vitamin D membutuhkan paparan sinar matahari untuk aktif di dalam tubuh, suatu karakteristik unik dari vitamin.

Sebuah meta-analisis baru-baru ini terhadap 40 penelitian menemukan bahwa dosis harian vitamin D jangka panjang tampaknya melindungi terhadap infeksi saluran pernapasan akut. Penelitian lain juga menemukan hubungan antara kadar vitamin D dan kerentanan terhadap COVID-19.

Khususnya, studi acak kecil dari Universitas Grenada di Spanyol menemukan bahwa dari 50 orang dengan COVID-19 yang diobati dengan kalsifediol, sejenis vitamin D, satu orang harus dirawat di ICU, sementara 13 dari 26 orang yang tidak diobati harus dirawat di ICU.

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang meninggal karena COVID-19 di rumah sakit juga cenderung memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah dibandingkan mereka yang selamat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya