Muncul Varian EG.5, Seberapa Efektif Vaksinasi Booster Kedua?
- VIVA/ David Rorimpandey
JAKARTA – Kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia selama satu bulan belakangan ini mengalami peningkatan. Peningkatan kasus tercatat selama Oktober hingga November 2023.Â
Berdasarkan keterangan Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Â Prof. Dr.dr. Erlina Burhan, SpP(K), Msc dalam satu bulan tersebut terjadi peningkatan sebesar dua kali lipat. Scroll lebih lanjut ya.Â
"Oktober 65 kasus terkonfirmasi, 20-26 November naik jadi 151 kasus. Kasus meninggal ada 1 kasus di November," katanya dalam virtual media briefing PB IDI, Rabu 6 Desember 2023.
Peningkatan kasus COVID-19 ini didominasi oleh subvarian EG.5 yang juga menjadi biang kerok peningkatan kasus COVID-19 di Singapura beberapa waktu belakangan ini.Â
Bahkan disebutkan Erlina subvarian EG.5 ini sudah ditemukan sejak Juli 2023 lalu, dan tercatat sebanyak 20 persen.Â
Di sisi lain, Erlina juga mengungkap bahwa salah satu yang menyebabkan terjadinya kenaikan angka terkonfirmasi COVID-19 adalah menurunnya titer antibody pasca vaksinasi COVID-19.Â
"Memang secara teori semakin lama kita divaksin tieter anti body menurun. Sering berjalannya waktu titer anti body kita akan menurun terutama setelah 6-12 bulan usai divaksin," kata Erlina.
Lantas seberapa efektif jika masyarakat saat ini kembali ingin melakukan suntik vaksin booster. Terlebih jika jarak antara vaksin booster satu dengan booster dua yang jaraknya cukup jauh?Â
Terkait hal ini, Erlina tetap mengungkap efektivitas vaksin akan terasa. Dia juga menekankan bahwa vaksinasi sendiri bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya keparahan bukan mencegah seseorang terpapar virus.
"Kita tau rakyat Indonesia mendapatkan vaksin inactivated Sinovac efektivitas 94 persen. Saya kira memang patutu kita beranggapan berasumsi tieter antibody kita sudah menurun oleh sebab itu kami menghimbau kembali melaksanakan boosternya," ungkap Erlina.
Erlina juga menghimbau terutama kelompok yang rentan untuk melakukan vaksinasi booster. Mengingat kelompok rentan yang terpapar COVID-19 bisa meningkatkan risiko keparahan.Â
"Vaksin booster khususnya pada kelompok rentan dianjurkan. Kelompok rentan ini lansia, orang dengan komorbid (diabetes milletus, hipertensi yang tidak terkontrol, gangguan ginjal) kemudian orang dengan imunokompromis (HIV, autoimun, kanker)," ujar Erlina.