Kemenkes Sebut Mycoplasma Pneumoniae Bukan Penyakit Baru, Masyarakat Diminta Jangan Panik
- Freepik/jcomp
JAKARTA – Meningkatnya kasus penyakit Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae di China belakangan ini membuat masyarakat Indonesia ikut waspada terkait pencegahannya. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat agar tidak terlalu panik karena penyakit ini sebenarnya sudah ditemukan sejak lama.
Dalam beberapa literatur kesehatan, Mycplasma Pneumoniae sudah sering disebutkan sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan Pneumonia pada anak-anak. Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul di 2019 hingga menimbulkan pandemi hampir di seluruh dunia, Mycoplasma Pneumonia justru sudah ditemukan sejak lama. Scroll untuk informasi selengkapnya.
"Bakteri Pneumoniae Mycoplasma ini bukan penyakit baru, bukan. Ini penyakit yang umumnya ada sejak dulu, sewaktu sebelum COVID-19 itu insidennya 8,5 persen," ungkap Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dalam media briefing secara daring, Rabu 6 Oktober 2023.
Penyakit yang satu ini kembali heboh karena tersebarnya berita dari China yang menyebutkan bahwa rumah sakit di sana mengalami lonjakan pasien anak-anak yang terjangkit Mycoplasma Pneumoniae. Munculnya penyakit ini ternyata juga berkaitan dengan musim. Biasanya di negara-negara Eropa, kasus Mycoplasma Pneumoniae naik ketika sedang musim panas. Namun untuk hal ini, masih dalam penelitian para ahli.
"Kita (Indonesia) kan dari musim panas mau beralih ke hujan ada perubahan, pancaroba itu banyak orang juga batuk, beringus," kata Maxi.
Selain Mycoplasma Pneumoniae, ada beberapa virus di China yang muncul bersamaan seperti virus influenza, infeksi respiratory syncytial virus (RSV), dan adenovirus.
Sementara itu, menurut Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), selaku Dokter Spesialis Anak RSCM, kehebohan dan lonjakan penyakit Pneumonia yang terjadi di China bisa saja terjadi karena sebelumnya masyarakat di sana terbiasa dengan lockdown dan social distancing selam pandemi COVID-19. Lalu setelah kebijakan itu dicabut, berbagai penyakit kembali bermunculan yang salah satunya disebabkan oleh Mycoplasma Pneumoniae.
Bahkan sebelum pandemi COVID-19 terjadi, ada penelitian yang menyebutkan bahwa proporsi Mycoplasma Pneumoniae di China cukup tinggi dan sering terjadi pada anak-anak.
"Sebelum pandemi, kalau dilakukan penelitian salah satunya di China yaitu proporsi Mycoplasma Pneumoniae memang paling tinggi pada anak usia pra sekolah dan sekolah. Itu sampai 30 persen kalau bayi cuma sedikit di bawah 5 persen," terangnya.
Namun terlepas dari gejala yang telah disebutkan, penyakit yang satu ini tingkat keparahannya cukup rendah dibandingkan dengan COVID-19 atau bakteri penyebab Pneumonia lainnya. Oleh sebab itu, Dokter Nastiti berpesan agar masyarakat tidak perlu panik dan terlalu khawatir.
"Namun dibandingkan dengan virus COVID-19, influenza, atau bakteri penyebab Pneumonia lainnya, itu keparahan Mycoplasma Pneumoniae jauh lebih rendah. Sehingga tidak perlu terjadi kepanikan di kalangan masyarakat," tegasnya.
Pemerintah mengimbau agar masyarakat selalu menerapkan perilaku hidup sehat bersih dan sehat, seperti rajin mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker ketika berada di tempat umum.