6 Kasus Mycoplasma Pneumoniae Terdeteksi di RI, Ternyata Sudah Ada Sejak Oktober 2023

Ilustrasi penyakit/bakteri/virus.
Sumber :
  • Unsplash

JAKARTA – Kasus penyakit Pneumonia atau radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae dikonfirmasi ada di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat ada 6 kasus pasien terkonfirmasi Pneumonia akibat Mycoplasma Pneumoniae sejak Oktober 2023 lalu.

Trump atau Harris, Siapa yang Akan Lebih Menguntungkan bagi Tiongkok?

Dari keenam kasus itu, ada 3 pasien yang dirawat di rumah sakit sementara yang lainnya hanya rawat jalan. Kini, semua pasien yang terdiri dari rentang usia 3-12 tahun itu telah dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas dengan normal. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Menurut Spesialis Anak di RSCM, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae ini bukanlah hal yang baru di dunia kesehatan. Tidak seperti COVID-19 yang baru muncul di tahun 2019 hingga menggemparkan dunia, bakteri yang satu ini sudah lama dikenal sebagai bakteri penyebab Pneumonia pada anak-anak.

Istilah Pendidikan yang Harus Diketahui Orang Tua di Indonesia

"Mycoplasma Pneumoniae ini bukan suatu bakteri yang baru. Berbeda dengan COVID-19 yang merupakan virus baru muncul di 2019 dan sebelumnya belum ada. Tapi kalau Mycoplasma Pneumoniae ini di buku-buku tentang Pneumonia, bakteri dan virus penyebab Pneumonia, Mycoplasma ini sudah sangat lama disebut sebagai salah satu penyebab Pneumonia pada anak. Jadi bukan hal yang baru atau pertama terjadi," kata Dokter Nastiti, dalam media briefing bersama Kemenkes secara daring di Jakarta, Rabu 6 Desember 2023.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Menurut Dokter Nastiti, kehebohan dan lonjakan penyakit Pneumonia yang terjadi di China bisa saja terjadi karena sebelumnya masyarakat di sana terbiasa dengan lockdown dan social distancing selam pandemi COVID-19. Lalu setelah kebijakan itu dicabut, berbagai penyakit kembali bermunculan yang salah satunya disebabkan oleh Mycoplasma Pneumoniae.

Bahkan sebelum pandemi COVID-19 terjadi, ada penelitian yang menyebutkan bahwa proporsi Mycoplasma Pneumoniae di China cukup tinggi dan sering terjadi pada anak-anak.

"Sebelum pandemi, kalau dilakukan penelitian salah satunya di China yaitu proporsi Mycoplasma Pneumoniae memang paling tinggi pada anak usia pra sekolah dan sekolah. Itu sampai 30 persen kalau bayi cuma sedikit di bawah 5 persen," terangnya.

Terkait gejala munculnya Pneumonia pada anak, pada umumnya muncul demam dan batuk. Tidak seperti batuk karena sakit tenggorokan pada umumnya, batuk akibat Mycoplasma Pneumoniae ini bisa menetap sekitar 2-3 minggu lamanya. Selain itu, anak-anak juga bisa merasakan nyeri dada, sesak napas, dan tubuhnya terasa lemas.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Pexels/Cottonbro

Namun terlepas dari gejala yang telah disebutkan, penyakit yang satu ini tingkat keparahannya cukup rendah dibandingkan dengan COVID-19 atau bakteri penyebab Pneumonia lainnya. Oleh sebab itu, Dokter Nastiti berpesan agar masyarakat tidak perlu panik dan terlalu khawatir.

"Namun dibandingkan dengan virus COVID-19, influenza, atau bakteri penyebab Pneumonia lainnya, itu keparahan Mycoplasma Pneumoniae jauh lebih rendah. Sehingga tidak perlu terjadi kepanikan di kalangan masyarakat," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya