Pneumonia Misterius Serang Ribuan Anak di China, Apakah Bisa Diobati?
- freepik/lifeforstock
CHINA – Otoritas China dari Komisi Kesehatan Nasional melaporkan peningkatan insiden penyakit pernapasan pada 13 November 2023 lalu. Hal ini dihubungkan dengan peredaran patogen seperti influenza, pneumonia, mikoplasma, virus pernapasan syncytial, dan SARS-CoV-2.
Seminggu kemudian, wabah pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak dilaporkan Tiongkok utara oleh sistem pengawasan, Program Pemantauan Penyakit Berkembang (ProMED). Scroll untuk informasi selengkapnya.
China melaporkan tidak ada 'patogen yang tidak biasa atau baru' dalam kelompok kasus pneumonia anak, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Beijing juga mengaitkan pencabutan pembatasan COVID-19 dan dimulainya musim dingin sebagai penyebab lonjakan kasus pneumonia ini.
Siapa yang paling terkena dampaknya?
Anak-anak di China yang paling terkena dampaknya. Menurut ProMed, rumah sakit di Tiongkok sampai kewalahan menangani anak-anak yang sakit.
"Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit Beijing mengatakan bahwa lebih dari 3500 kasus infeksi pernapasan telah dirawat di Rumah Sakit Anak Beijing pada awal bulan ini," ProMed melaporkan, dilansir Times of India, Selasa 28 November 2023.
Tidak hanya anak-anak, orang lanjut usia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah juga berisiko terkena penyakit ini.
Penyebab wabah pneumonia di Tiongkok
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur patogen. Pihak berwenang dari Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengaitkan influenza, COVID-19, Mycoplasma pneumoniae yang merupakan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, dan virus pernapasan syncytial (RSV) di balik lonjakan penyakit pernapasan ini.
Berdasarkan laporan media China yang diterbitkan pekan lalu, rumah sakit di Tiongkok utara kewalahan menangani ribuan anak yang menderita pneumonia akibat bakteri.
"Patogen utama penyakit menular pernapasan di antara kelompok umur berbeda-beda," kata Wang Huaqing, kepala ahli program imunisasi yang dijalankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, saat konferensi pers.
"Tingkat positif virus influenza pada kasus rawat jalan di kota ini meningkat hingga 50 persen. Sejak awal November, jumlah kasus infeksi pneumonia mikoplasma mencapai sekitar 1/4 kasus dengan gejala pernapasan. Varian XBB dari COVID-19 terus berkurang dan saat ini berada pada tingkat yang sangat rendah," demikian menurut laporan tersebut mengutip data dari Taizhou di Provinsi Zhejiang, Tiongkok Timur, sebuah kota yang dilengkapi dengan beberapa stasiun pengawasan multi-pernapasan dan multi-patogen nasional dan provinsi.
Puncaknya mungkin akan berlangsung selama satu atau dua minggu, demikian kata pakar kesehatan Tiongkok. Menurut Li Tongzeng, kepala dokter departemen infeksi di Rumah Sakit You'an Beijing, saat Tahun Baru, orang dewasa muda dan anak-anak mungkin bisa kebal dari infeksi tersebut, namun lansia masih tetap berisiko.
Apakah bisa diobati?
Menurut Mi Ying, wakil kepala dokter pediatri di Rumah Sakit Peking Union Medical College, penyakit ini dapat menyebabkan gejala ringan, berat, atau bahkan kritis.
"Keparahannya tidak hanya terkait dengan invasi patogen, tapi juga respons imun orang tersebut," kata dia.
Mycoplasma pneumoniae, yang merupakan salah satu patogen yang diketahui beredar di Tiongkok saat ini, diketahui menyebabkan infeksi ringan, menurut laporan CDC AS. Anak-anak yang terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae biasanya menunjukkan tanda-tanda pilek dan gejala seperti sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, mengi, muntah, hidung tersumbat dan bersin.
Flu menyebabkan penyakit ringan hingga berat dengan gejala seperti kelelahan, sakit tenggorokan, nyeri otot, batuk dan demam.
Anak-anak yang terinfeksi di China saat ini menunjukkan gejala seperti demam, sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk berkepanjangan. Infeksi ini paling sering diobati dengan antibiotik.
Pakar kesehatan menekankan adanya kesenjangan imunitas pada anak-anak. Selama masa COVID-19, paparan anak-anak terhadap patogen lebih sedikit dan hal ini membuat mereka lebih rentan. Akibatnya, angka infeksi penyakit menular pernapasan meningkat secara signifikan tahun ini dibandingkan tiga tahun terakhir, bahkan melampaui angka pada 2019.
"Anak-anak khususnya, mengalami lonjakan kunjungan ke rumah sakit anak. Sementara angka infeksi di kalangan orang dewasa relatif rendah," kata Li kepada Global Times.