Nyamuk Ber-Wolbachia Sudah Disebar di 3 Kota, Dua Wilayah Ini Jadi Target Berikutnya

Ilustrasi nyamuk
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Terhitung mulai Januari - November 2023, ada 76.499 kasus dengue dengan 571 kematian.

Tantangan Terbesar Penanganan Kanker di Indonesia, Ternyata Berasal dari Masyarakat Sendiri

Angka tersebut sebenarnya sudah jauh menurun dibanding tahun lalu. Pada 2022, kasus DBD tercatat mencapai 143.300 kasus dengan 1236 kematian. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Sebetulnya, Indonesia sudah berhasil menurunkan lebih dari setengah kasus dari 2022 lalu, namun kasus tahun ini masih tercatat tinggi. Untuk itu, inovasi-inovasi baru perlu dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan demam berdarah ini. 

Panduan Menjaga Kesehatan Tulang dan Sendi sejak Dini

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr. Maxi Rein Rondonuwu, pun tidak memungkiri bahwa demam berdarah sejak dulu sudah menjadi masalah di Indonesia.

WHO Sebut Larangan Israel terhadap UNRWA di Palestina "Timbulkan Konsekuensi Menghancurkan"

“Penanganan dan strategi kita selama ini belum cukup untuk menghilangkan demam berdarah. Dan setiap tahun kalau terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di wilayah selalu jadi sasaran dinas kesehatan,” ujar dr Maxi saat media breafing bersama Kemenkes yang digelar virtual, baru-baru ini. 

Lebih lanjut Maxi mengatakan, selama ini tindakan yang dilakukan untuk memberantas nyamuk DBD adalah dengan melakukan vogging, padahal hal itu berbahaya. 

“Dan indikasi kalo belum divogging belum kerja. Padahal vogging berbahaya karena itu kimia sangat merusak lingkungan dan juga resistensi terhadap nyamuk bahan kimia insektisida makin lama makin tinggi,” sambungnya.

Maxi mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan, salah satunya Universitas Gajah Mada (UGM) yang sukses melakukan penelitian mulai 2011-2015 tentang inovasi penanganan DBD lewat nyamuk ber- wolbachia

“Nyamuknya tetap aedes aegypti, tapi sudah ditambah dengan bakteri wolbachia. Penelitian ini sudah dilakukan dan melalui kajian-kajian melibatkan 25 peneliti top di Indonesia dan hasilnya sangat bagus sudah diuji coba di Jogja 5-6 tahun lalu dan hasilnya sangat menggembirakan,” ungkapnya.

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pixabay/Nuzree

“Dari dasar itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat penelitian ini sangat bagus sehingga WHO merekomendasikan. Jadi dasar itulah kebijakan Kemenkes memasukkan ke dalam strategi nasional untuk penanggulangan dengue untuk 2021-2024, dengan memasukkan salah satu kegiatan inovasi di samping strategi yang selama ini sudah kita buat,” tambahnya. 

Strategi-strategi tersebut kata Maxi antara lain, strategi pengendalian nyamuk, sosialisasi 3M, vaksin dan metode pengendalian DBD dengan nyamuk ber-wolbachia. 

“Jadi, dua strategi tersebut (vaksin dan nyamuk ber-wolbachia) sudah dimasukkan ke strategi nasional. Setelah melihat hasilnya, Pak Menteri melihat ini bagus penelitian anak bangsa kita dari Universitas Gajah Mada,” tuturnya.

“Maka, Pak Menteri melakukan uji coba di 5 kota plus satu di Bali, tetapi 5 kota ini yang langsung ditangani oleh Kemenkes. Yaitu di Kupang, Semarang, Bontang, Bandung dan Jakarta Barat,” imbuhnya.

Lebih lanjut Maxi menjelaskan, dari lima kota tersebut, tiga di antaranya sudah dilakukan proses pelepasan nyamuk ber-wolbachia. Sementara dua kota yaitu Bandung dan Jakarta Barat, akan diimplementasikan juga dalam waktu dekat. 

“Tahapan-tahapannya semua sudah. Dari 5 kota ini kita perlu evaluasi di lapangan seperti apa. Kami juga Kemenkes sudah mengeluarkan buku pedoman terkait dengan bagaimana penaggulangan DBD ini melalui metode nyamuk ber-wolbachia. Kita akan evaluasi terus,” pungkasnya.

“Program ini karena sangat baik kami akan lanjutkan, mudah-mudahan 5 kota ini berhasil dan akan kita lakukan secara nasional,” tutup dr. Maxi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya