Jangan Sepelekan Gatal-gatal, Bisa Jadi Pertanda Penyakit Lain yang Lebih Parah

Ilustrasi kulit gatal.
Sumber :
  • Freepik/wayhomestudio

JAKARTA – Gen Z adalah kelompok usia yang saat ini sedang dalam masa paling produktif dibandingkan generasi lainnya. Di tahun ini, para Gen Z diperkirakan sedang dalam rentang usia 13-27 tahun, di mana mereka sering beraktivitas di luar ruangan hingga kulitnya terpapar polusi dan panasnya matahari. Kesehatan kulit lantas lebih mudah terganggu hingga menimbulkan berbagai penyakit seperti gatal-gatal.

Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Gatal-gatal pada kulit sering kali disepelekan karena dianggap sebagai hal yang wajar, padahal serangan gatal bisa jadi pertanda penyakit lainnya yang lebih parah. Gatal-gatal bisa muncul karena beberapa hal, seperti alergi terhadap debu, paparan radiasi UV, gaya hidup tak sehat, dan stres. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Tak dipungkiri masalah psikis seperti pengelolaan stres yang buruk dapat berakibat pada kondisi kesehatan lainnya termasuk masalah kulit. Ketika seseorang sedang stres, ada hormon kortisol yang menyebabkan efek anti-inflamasi yang poten dan imunosupresif. Hal ini dibuktikan dengan administrasi kortisol dalam jumlah banyak mengurangi respon inflamasi terhadap infeksi.

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

"Ada beberapa penelitian yang menghubungkan bahwa ketika stres ada hormon yang meningkat, salah satunya adalah kortisol yang akan dikeluarkan saat tubuh sedang stres. Hormon ini akan memanggil dan meningkatkan media pro-inflamasi, ini adalah mediator yang dibutuhkan pada proses peradangan yang akan berakhir menjadi gatal," jelas dr. Eko Prakoso Wibowo, Sp.DV, Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia, dalam media briefing di Jakarta, Rabu 22 November 2023.

IDI Kabupaten Grobogan Memberikan Cara Tepat Mengobati Penyakit Cacar Air

Ketika seseorang dalam keadaan stres, produktivitas bisa menurun dan kegiatan sehari-hari pun terganggu. Stres juga bisa memengaruhi waktu istirahat atau waktu tidur sehingga dapat memicu banyak permasalahan kulit yang diawali dengan rasa gatal. Beberapa penyakit kulit yang sering muncul akibat efek stres di antaranya adalah neurodermatitis, dermatits atopic, hingga acne vulgaris atau jerawat.

Bicara tentang kebiasaan gaya hidup para Gen Z, kecanggihan teknologi sudah menjadi makanan sehari-hari. Tetapi hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan terapi kulit gatal. Misalnya, misinformasi di mana mudahnya akses internet saat ini membuat Gen Z senang mencari tahu penyakitnya lewat browsing tanpa konsultasi dengan dokter yang tepat.

"Hal ini kemudian memicu self-medication yang belum tentu aman. Akhirnya penyakitnya tidak sembuh dan membuat semakin stres. Sehingga penting bagi Gen Z untuk lebih aware pada kondisi kulit gatal dan segera memeriksakan kepada dokter yang tepat," kata dr. Eko.

Pengelolaan stres yang baik diyakini dapat mempercepat penyembuhan masalah-masalah pada kulit termasuk gatal-gatal. Selain itu, para Gen Z harus mulai membiasakan gaya hidup sehat dengan cara mengurangi makanan berminyak dan cepat saji. Olahraga secara rutin setidaknya 150 menit seminggu juga sangat dianjurkan untuk membantu mengatasi kondisi stres tersebut yang mana akan mempercepat penyembuhan masalah kulit juga.

Apabila kondisi gatal-gatal masih berlanjut, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Biasanya dokter kulit akan memberikan obat gatal dari golongan antihistamin. Terapi topikal dengan kandungan seperti bahan kortikosteroid, urea, dan menthol juga dapat mengurangi gejala gatal tersebut. Tentunya, pemberian obat-obatan itu bergantung pada penyakit yang diderita pasien.

Ilustrasi Work Life Balance

Apa yang Sebenarnya Diinginkan Gen Z dari Work Life Balance?

Gen Z, generasi digital lahir 1997-2012, fokus pada work life balance dan fleksibilitas kerja. Karakter unik mereka bentuk pola kerja masa depan yang lebih seimbang.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024