Masuk 3 Penyebab Kematian Tertinggi, PPOK Disebabkan Asap Rokok dan Polusi Udara

Ilustrasi paru-paru.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

JAKARTA – November adalah bulan kesadaran Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sedunia. Tema yang diangkat tahun ini adalah Breathing is Life, Act Earlier

Tajuk ini sejalan dengan harapan bersama agar masyarakat dapat mempunyai kepedulian lebih tinggi terhadap penyakit paru, khususnya PPOK. Selain itu, juga bisa memahami tatalaksana dan pencegahannya demi kualitas hidup yang lebih baik. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Laporan Global Initiatives for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2023, menyebutkan bahwa faktor risiko PPOK paling umum adalah asap rokok dan polusi udara, yang berasal dari partikel kimia, gas industri atau rumah tangga. 

Saat ini, PPOK juga menjadi salah satu dari tiga penyebab kematian tertinggi di dunia. Sebanyak 90 persen dari kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Jumlah penderita PPOK di Indonesia diperkirakan mencapai 4,8 juta orang dengan prevalensi 5,6 persen menurut data dari Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK di Indonesia yang diterbitkan oleh PDPI tahun 2023. Jumlah ini akan terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan jumlah perokok dan kualitas udara yang kurang baik di beberapa wilayah Indonesia.

Perwakilan Kelompok Kerja Asma dan PPOK, PDPI, dr. Triya Damayanti, SpP(K), Ph.D, mengungkapkan, PPOK umum ditemukan pada populasi masyarakat berusia di atas 40 tahun dengan beberapa faktor risiko. Pasien cenderung kurang menyadari saat didiagnosis PPOK, sehingga sering kali datang ke dokter dalam kondisi yang lebih buruk. 

"PPOK disebabkan oleh peradangan saluran napas jangka panjang, yang menimbulkan keluhan batuk menahun, sesak napas, produksi dahak berlebihan, yang membatasi aktivitasnya sehari-hari dan menurunkan kualitas hidupnya," ujar dr. Triya dalam acara Kampanye Peduli Paru OK, yang digelar GSK Indonesia dan PDPI, di Car Free Day (CFD), Jakarta.

Ridwan Kamil Jelaskan 12 Jurus Atasi Polusi di Jakarta

Lebih lanjut dokter Triya mengatakan, PPOK berhubungan erat dengan kejadian flu yang serius. Data Centers for Disease Control (CDC) menunjukkan 9 dari 10 orang yang dirawat di Rumah Sakit akibat flu ternyata juga menderita penyakit kronis seperti PPOK, sehingga sangat direkomendasikan agar semua orang berusia 6 bulan atau lebih untuk menerima vaksin flu setiap tahunnya. 

"Hal ini juga menjadi hal yang penting bagi pasien PPOK," jelasnya. 

Bea Cukai dan Polri Gagalkan Peredaran 7 Juta Batang Rokok Ilegal melalui Tanjung Perak

Dukungan pemerintah terhadap pencegahan PPOK
Kementerian Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/687/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronis, menggarisbawahi penanganan dan pencegahan PPOK sebagai salah satu kebijakan kesehatan nasional di Indonesia. 

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK, karena edukasi pada PPOK jelas berbeda dengan edukasi pada penyakit pernapasan lain seperti asma. PPOK adalah penyakit kronis yang ireversibel dan progresif, sehingga inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. 

Edukasi yang penting untuk diberikan untuk menjadi sarana pencegahan PPOK, antara lain:
Pengetahuan dasar PPOK
Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya
Cara pencegahan perburukan penyakit
Menghindari risiko (salah satunya dengan berhenti merokok)
Penyesuaian aktivitas.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, menyoroti pentingnya edukasi PPOK bagi masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit tersebut.

"PPOK tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya akan membaik apabila pasien menghindari faktor risiko dan mendapatkan vaksin pencegahan infeksi. Hari PPOK Sedunia menjadi momentum yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan PPOK, termasuk faktor risiko, gejala dan keluhan, pencegahan dan tatalaksananya," tuturnya.

"Saya sangat mengapresiasi kerja sama inisiasi oleh GSK Indonesia dan PDPI untuk terus mendukung pemerintah dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap PPOK, salah satunya melalui Kampanye Peduli Paru OK,” sambungnya.

Manish Munot selaku President Director & General Manager GSK Indonesia, menambahkan, selama lebih dari 50 tahun, GSK telah menjadi pemimpin global dalam penyakit pernapasan, memainkan peranan penting dalam membantu pasien penyakit pernapasan untuk bernapas lebih baik. 

"Menjadi suatu kebanggaan bagi kami untuk dapat meluncurkan Kampanye Peduli Paru OK bersama dengan PDPI yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan paru demi kualitas hidup dan produktivitas pribadi yang lebih baik walaupun kualitas udara belum tentu mendukung," pungkas Manish Munot. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya