5 Alasan Metode Nyamuk Wolbachia Bakal Efektif Tekan Wabah DBD

Nyamuk.
Sumber :
  • Times of India

VIVA Lifestyle – Upaya pemerintah menurunkan angka penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan nyamuk Wolbachia masih menjadi perdebatan para ahli. Meski sudah diterapkan di beberapa negara dan dinilai mampu menurunkan angka DBD, berbagai pertanyaan soal apakah perlu nyamuk tersebut juga disebarkan di Tanah Air bermunculan.

Siti Fadilah Supari yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada 2004-2009 turut menyoroti masalah ini. Ia menjelaskan bahwa nyamuk Wolbachia mulanya ditemukan oleh seorang peneliti di Australia.

Kemudian, ada salah satu peneliti asal Indonesia yang bekerja sama dengan World Mosquito Program (WMP) untuk mengembangkan percobaan genetik pada nyamuk-nyamuk tersebut.

Diketahui, WMP mempunyai misi menyebarkan nyamuk Wolbachia di berbagai negara untuk menurunkan angka DBD dengan bantuan dari Bill Gatest. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Kemunculan nyamuk bionik wolbachia picu polemik di Indonesia. Baru-baru ini, dikabarkan jika warga Bali menolak penyebaran jutaan telur nyamuk bionik wolbachia.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI mengatakan jika inovasi teknologi wolbachia ini mampu menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Lantas, apa itu nyamuk bionik wolbachia?

Dikutip dari World Mosquito Program, wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

Di Indonesia sendiri, teknologi wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode “penggantian”, dimana baik nyamuk jantan dan nyamuk betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami.

Tujuannya adalah agar nyamuk betina berpasangan dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan nyamuk yang membawa wolbachia.

Pada akhirnya, hampir seluruh populasi nyamuk di alam akan membawa wolbachia. Wolbachia berperan dalam menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.

Sebagai hasilnya, nyamuk yang membawa wolbachia tidak lagi mampu menularkan virus dengue ketika menghisap darah orang yang terinfeksi virus tersebut.

Dan poin-poin tersebut merupakan hal yang tengah disosialisasikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dalam memberikan pemaparan dan penjelasan serta pernyataan resminya menanggapi berbagai isu yang berkembang seputar bakteri Wolbachia di kalangan masyarakat.

Dalam forum media briefing secara virtual pada Senin 20 November 2023, PB IDI memaparkan rangkuman kajian riset, implementasi dan bukti efektivitas dari metode Wolbachia dalam pengendalian dengue.

Warganya Paling Banyak di Jakarta, Begini Cara Pemkot Jaktim Cegah DBD Menyerang

Informasi dan keterangan yang disampaikan PB IDI tersebut itu pun dijelaskan secara lengkap dan komperhensif oleh para narasumber yang kompeten terkait metode bakteri Wolbachia.

Musim Hujan Tiba Waspada DBD! Ini Usia yang Paling Rentan Terhadap Kematian Akibat Dengue

Ada pun para narasumber tersebut antara lain adalah DR Dr Moh Adib Khumaidi SpOT selaku Ketua Umum PB IDI, Prof DR Adi Utarini MSc MPH PhD sebagai peneliti bakteri Wolbachia dan demam berdarah dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan keperawatan UGM, serta Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD mewakili Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM.

Dalam kesimpulan dari pemaparannya, setidaknya ada 5 poin yang menjadi dasar alasan mengapa pelaksanaan program penebaran mentode nyamuk Wolbachia dinilai bakal aman dan efektif untuk membasmi penyebaran DBD di beberapa wilayah di Tanah Air.

Waspada! Pekerja Konstruksi Ternyata Berisiko Tinggi Terkena Penyakit DBD

Berikut rangkuman 5 poin kesimpulan dari pemaparan keterangan oleh PB IDI tersebut:

• Wolbachia bukan rekayasa genetik, aman bagi manusia, hewan dan lingkungan

• Risiko intervensi Wolbachia untuk pengendalian dengue dapat diabaikan.

• Riset Wolbachia di Yogyakarta menghasilkan bukti ilmiah terbaik, menurunkan 77% kejadian dengue dan 86% rawat inap akibat dengue.

• Kebijakan kementerian kesehatan telah didasarkan oleh analisis risiko, bukti ilmiah terbaik, rekomendasi AIPI dan rekomendasi WHO VCAG.

• Implementasi intervensi Wolbachia sebagai pelengkap dari program pengendalian Dengue memerlukan kepemimpinan pemerintah, dukungan kuat dari pemangku kepentingan dan penerimaan masyarakat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya