Diklaim Sebagai Pembasmi DBD, Apa Itu Nyamuk Bionik Wolbachia?

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pexels/icon0.com

JAKARTA  – Kemunculan nyamuk bionik wolbachia picu polemik di Indonesia. Baru-baru ini, dikabarkan jika warga Bali menolak penyebaran jutaan telur nyamuk bionik wolbachia.

Sementara Kementerian Kesehatan RI mengatakan jika inovasi teknologi wolbachia ini mampu menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Lantas, apa itu nyamuk bionik wolbachia?

Nyamuk bionik Wolbachia

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pixabay/Nuzree

Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, efektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah sudah dibuktikan di 13 negara lain, yaitu di Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.

Dikutip dari World Mosquito Program, wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.
Di Indonesia sendiri, teknologi wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode “penggantian”, dimana baik nyamuk jantan dan nyamuk betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami. 

Tujuannya adalah agar nyamuk betina berpasangan dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan nyamuk yang membawa wolbachia. Pada akhirnya, hampir seluruh populasi nyamuk di alam akan membawa wolbachia.

Wolbachia berperan dalam menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Sebagai hasilnya, nyamuk yang membawa wolbachia tidak lagi mampu menularkan virus dengue ketika menghisap darah orang yang terinfeksi virus tersebut.

Dengan mempertimbangkan bahwa wolbachia ada dalam telur nyamuk, bakteri ini akan diturunkan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, dampak perlindungan wolbachia terhadap penularan dengue bersifat berkelanjutan (sustainable).

Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Analisis risiko independen menunjukkan bahwa pelepasan nyamuk ber-Wolbachia menimbulkan risiko yang dapat diabaikan terhadap manusia dan lingkungan.

Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak membawa Wolbachia, namun banyak nyamuk lainnya yang membawa Wolbachia.

Bagaimana metode Wolbachia bekerja?

Ilustrasi nyamuk

Photo :
  • Antara/ Paramayuda

World Mosquito Program menemukan bahwa ketika nyamuk Aedes aegypti membawa Wolbachia, bakteri tersebut bersaing dengan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.

Hal ini mempersulit virus untuk berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Dan kecil kemungkinan nyamuk menyebarkan virus dari orang ke orang.

Artinya, ketika nyamuk Aedes aegypti membawa bakteri Wolbachia alami, penularan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning berkurang.

Apakah aman?

Nyamuk DBD/ilustrasi.

Photo :
  • www.jakarta.go.id

Tiga penilaian risiko independen telah dilakukan pada metode Wolbachia. Hasilnya menyimpulkan bahwa risiko yang terkait dengan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dapat diabaikan. 

Ini adalah peringkat serendah mungkin. Penilaian risiko menunjukkan bahwa Wolbachia aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.

Sementara itu, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D mengatakan, uji coba nyamuk ber wolbachia yang sebelumnya dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2022 terbukti efektif.

Nyamuk Aedes Aegypti Mengandung Wolbachia Akan Dilepas di Jakarta pada Oktober 2024

“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77%, disamping menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86%,” jelas dr. Riris.

World Mosquito Program telah menerima persetujuan peraturan dari badan pemerintah terkait di semua negara tempat kami melepaskan nyamuk ber-Wolbachia. Selain itu, pihaknya tidak akan melepaskan nyamuk ber-Wolbachia tanpa dukungan masyarakat.

Misteri Asal-usul COVID-19 Mulai Terkuak, Ini Temuan Para Ilmuwan
Ketua Umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI), DR. Dr. Astrid B Sulistomo

Angka Kasus Melonjak Lampaui Tahun Lalu, Pemerintah RI Gagal Atasi DBD?

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama memasuki musim hujan.

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024