Viral Video Bayi Prematur di Gaza Terancam Meninggal, Inkubator Tak Berfungsi

Ilustrasi bayi prematur.
Sumber :
  • Pixabay

GAZA – Sudah lebih dari satu bulan lamanya, Israel terus mengirimkan serangan udara ke tanah Palestina. Sudah lebih dari 11 ribu warga Palestina yang meninggal akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu. Dari 11 ribu lebih korban jiwa diketahui 40 persen diantaranya adalah anak-anak.

Pertamina Eco RunFest 2024, Dorong Pemberdayaan UMKM hingga Pertegas Komitmen Capai NZE 2060

Belakangan ini, Israel juga meluncurkan serangan udara ke sejumlah rumah sakit. Salah satunya ke rumah sakit Al Shifa di Gaza. 

Israel mengatakan rumah sakit Al Shifa terletak di atas terowongan yang menjadi markas para pejuang Hamas. Klaim tersebut membuat Israel terus menghantam rumah sakit tersebut dengan serangan bom.

Israel Kembali Gempur Lebanon Selatan, Tewaskan 35 Orang dalam Sehari

Akibatnya sejumlah pasien yang ada di rumah sakit tersebut ikut terdampak. Termasuk bayi-bayi yang baru lahir di sana. Dari sejumlah video yang beredar di media sosial terlihat banyak bayi yang menangis hingga menggigil lantaran tidak berada di tabung inkubator

Menag Ajak Ribuan Jemaah Umrah Doakan Kemajuan Indonesia dan Perjuangan Palestina

Sementara itu, melansir Reuters, bayi-bayi mungil itu berbaring berdampingan, beberapa dibungkus dengan kain hijau yang ditempelkan di sekelilingnya untuk menghangatkan tubuh.

Sementara bayi yang lain hanya mengenakan popok. Bayi-bayi yang baru lahir tersebut berada di bawah perawatan petugas medis yang kelelahan di rumah sakit Al Shifa di Gaza, yang dikepung oleh tank-tank Israel yang memerangi pejuang Hamas, dan kekurangan listrik, air, makanan, obat-obatan dan peralatan.

"Kemarin saya menangani persalinan 39 bayi dan hari ini menjadi 36 bayi," kata kepala departemen pediatrik di Al Shifa, Dr. Mohamed Tabasha, dalam wawancara telepon pada hari Senin lalu.

"Saya tidak bisa mengatakan berapa lama hal ini bisa bertahan. Saya bisa kehilangan dua bayi lagi hari ini, atau dalam satu jam," katanya.

Bayi prematur, yang masing-masing beratnya kurang dari 1,5 kg (3,3 pon) dan dalam beberapa kasus hanya 700 atau 800 gram. Seharusnya ditempatkan di inkubator yang suhu dan kelembapannya dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing.

Namun tidak dengan bayi prematur di Gaza. Mereka harus dipindahkan ke tempat tidur biasa pada akhir pekan karena kekurangan listrik, kata Tabasha. 

Mereka ditempatkan berdampingan, dikelilingi bungkusan popok, kardus berisi kain kasa steril, dan kantong plastik untuk menghangatkan mereka.

"Saya tidak pernah menyangka dalam hidup saya bahwa saya akan meletakkan 39 bayi secara berdampingan di tempat tidur, masing-masing dengan penyakit yang berbeda, dan dalam kondisi kekurangan staf medis dan susu," kata Tabasha.

Bayi-bayi tersebut terlalu kedinginan, dan suhunya tidak stabil karena listrik padam, katanya. Jika tidak ada tindakan pengendalian infeksi, bayi-bayi tersebut dapat menularkan virus satu sama lain dan tidak memiliki kekebalan.

Dia mengatakan tidak ada lagi cara untuk mensterilkan susu dan dot botol mereka sesuai standar yang disyaratkan. Akibatnya, beberapa di antara mereka terjangkit penyakit maag dan menderita diare serta muntah-muntah, yang berarti risiko dehidrasi akut.

Dr. Ahmed El Mokhallalati, yang juga terlibat dalam perawatan bayi-bayi tersebut, menggambarkan kondisi yang terjadi sangat mematikan.

"Mereka berada dalam situasi yang sangat buruk di mana Anda perlahan-lahan membunuh mereka kecuali ada yang ikut campur untuk menyesuaikan atau memperbaiki situasi mereka," katanya, juga melalui telepon dari Al Shifa.

"Ini adalah kasus-kasus yang sangat kritis, di mana Anda harus sangat sensitif dalam menanganinya. Anda harus menangani masing-masing kasus dengan cara yang sangat khusus. Saat ini mereka semua berada di ruang terbuka, mereka semua saling berhubungan satu sama lain," dia berkata.

Tabasha membuat daftar semua yang dia perlukan untuk menjaga bayi-bayi tersebut tetap aman: listrik untuk menjalankan inkubator, alat sterilisasi yang tepat untuk susu dan dot botol, obat-obatan, dan mesin pendukung jika ada di antara mereka yang mengalami gagal napas.

Dia mengatakan situasinya sangat buruk bagi para dokter dan empat perawat yang menangani bayi-bayi tersebut.

"Kami kelelahan secara emosional dan fisik," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya