Jangan Dihindari! Lemak Baik Bisa Turunkan Kolesterol Jahat, Segini Batas Konsumsinya
- Pixabay/stevepb
VIVA Lifestyle – Pedoman gizi seimbang menganjurkan untuk mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien seperti karbohidrat, serat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Untuk lemak sendiri, kandungan lemak yang diperlukan oleh tubuh juga ada batasannya. Tidak semua lemak termasuk ke dalam lemak yang aman bagi tubuh. Lemak yang diperlukan oleh tubuh adalah lemak sehat. Seperti apa? Yuk, scroll untuk mengetahuinya.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Raissa E Djuanda, MGizi, SpGK, AIFO-K, menjelaskan bahwa lemak berfungsi sebagai sumber energi cadangan, perlindungan organ, menjaga suhu tubuh, membantu penyerapan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K), pembentukan membran sel, dan mendukung produksi hormon. Oleh karena itu, tubuh kita masih memerlukan sedikit lemak.
"Lemak baik dikenal dengan lemak tidak jenuh tunggal dan ganda, sedangkan lemak jahat dikenal dengan lemak jenuh dan lemak trans. Lemak baik bekerja untuk menjaga pembuluh darah agar tetap bersih, membantu menghasilkan kolesterol baik (HDL) dan bergerak di sekitar tubuh sekaligus mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL), serta dapat menurunkan inflamasi dan kolesterol tubuh," jelas dr Raissa dalam keterangannya, dikutip Rabu 15 November 2023.
Dokter Raissa lebih lanjut menjelaskan, bahan makanan sumber lemak alami terdapat pada minyak zaitun, minyak jagung, minyak canola, minyak biji bunga matahari, alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, serta pada ikan yang mengandung omega-3 tinggi (salmon, herring fish, kembung, tuna, sarden).
"Meskipun lemak baik yang terkandung dalam sumber alami ini tergolong sehat, namun konsumsinya tetap harus dibatasi. Sedangkan lemak jahat yang dikonsumsi oleh tubuh bekerja dalam hal peningkatan kolesterol jahat (HDL) dan dapat mengurangi kolesterol baik (LDL) di tubuh.
Menurutnya, ada banyak efek kesehatan yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi lemak trans dalam jumlah banyak seperti terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
"Tanpa disadari, timbunan lemak trans dalam tubuh juga dapat menghambat sistem kerja otak. Orang yang banyak mengonsumsi lemak trans berpotensi tinggi untuk terkena penyakit Alzheimer atau pikun. Dalam kata lain, lemak trans akan membuat volume otak menjadi rendah," ungkapnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batasan maksimal lemak jenuh adalah 10 persen dan lemak trans 1 persen dari total kebutuhan kalori per hari. Lemak trans terbentuk ketika minyak cair dirubah menjadi lemak padat. Selama proses yang disebut hidrogenasi ini, hidrogen akan ditambahkan ke minyak nabati untuk meningkatkan umur simpan dan stabilitas rasa makanan.
"Biasanya proses ini banyak ditemui pada proses pembuatan margarin. Dalam memilih produk margarin yang berkualitas, pilihlah margarin yang memiliki label 0 persen trans fat di informasi nilai gizi. Pastikan juga bahwa proses pembuatan margarin tersebut tidak menggunakan proses hidrogenasi," terangnya.
Bahkan pada tahun 2020, Raissa mengungkapkan, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah melarang penggunaan minyak yang terhidrogenasi sebagian, yang merupakan sumber utama lemak trans buatan untuk digunakan dalam makanan yang dibuat ataupun dijual.
Brand Manager Food Category PT Bina Karya Prima, Roland Octasilva Layand, menjelaskan, forVITA merupakan margarin bebas lemak trans yang diproduksi melalui proses fisika. Proses fisika yang dimaksud adalah proses fraksinasi atau proses pemanasan dan penyaringan secara berulang-ulang untuk memisahkan fraksi cair (cooking oil) dan fraksi padat (margarin).
"Margarin pada umumnya diproduksi menggunakan proses kimia atau hidrogenasi yang mengubah bentuk minyak cair menjadi padat. Proses ini menyebabkan pembentukan lemak trans lebih mudah terbentuk," imbuhnya.