Kematian karena Kanker Serviks Tinggi, Kemenkes: Cegah dengan Vaksin HPV

Ilustrasi vagina
Sumber :
  • Pixabay/LJNovaScotia

JAKARTA – Kanker serviks atau kanker leher rahim masih menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi dengan beban pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia. Kanker serviks menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi wanita dengan kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara, yaitu sekitar 36.633 kasus baru atau 9,2 persen dari total kasus kanker di Indonesia pada 2021.

Dede Yusuf Sebut Ibunda Sosok Tangguh, Alami Serangan Jantung hingga Sempat Idap Kanker

Keberhasilan program eliminasi kanker serviks memerlukan dukungan dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk dalam hal mengedukasi soal pentingnya melakukan vaksin HPV sejak dini. Scroll untuk informasi selengkapnya.

"Dengan demikian, diharapkan target cakupan imunisasi HPV bagi 2,9 juta anak usia sekolah dasar kelas 5 dan 6, serta target deteksi dini dapat tercapai," ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam acara Kelas Jurnalis bersama Kemenkes dan MSD, di Jakarta, Selasa 14 November 2023.

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Sejalan dengan upaya Kemenkes, komitmen untuk membantu mengeliminasi penyebaran kanker serviks di Indonesia juga ditunjukkan oleh MSD Indonesia. Edukasi berkelanjutan dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahayanya infeksi HPV bagi masa depan bangsa.

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

"MSD bekerjasama dengan Kemenkes melakukan edukasi berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang infeksi HPV agar dapat mendorong masyarakat untuk makin proaktif dalam menjaga kesehatannya, utamanya untuk mencegah kanker serviks,” kata George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia.

“MSD juga mendukung tenaga kesehatan untuk semakin aktif memberikan edukasi mengenai imunisasi HPV. Kami percaya setiap orang berhak mendapatkan akses informasi yang kredibel, serta akses mendapatkan imunisasi HPV sebagai langkah pencegahan penyebaran kanker serviks," sambungnya.

Meski berisiko mematikan, kanker serviks nyatanya dapat dicegah. Seperti yang dijelaskan oleh Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine. Menurutnya, tingkat kematian jika seseorang sudah dinyatakan kanker serviks cukup tinggi, karena umumnya penderita datang sudah terlambat.

Data tahun 2020 menunjukkan, ada 33.633 kasus baru dengan kematian sebanyak 21.003 orang. Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling murah karena jika sudah terinfeksi kanker serviks sudah pasti mahal biayanya.

Untuk itu, Kemenkes terus melakukan perluasan imunisasi HPV secara nasional. Saat ini, imunisasi HPV tahun 2023 melalui program BIAS baru mencapai 65,5 persen. Untuk mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks diperlukan capaian imunisasi HPV minimal 90 persen. Inilah mengapa, kesadaran bagi orangtua untuk memanfaatkan program imunisasi HPV nasional perlu terus diperkuat, guna melindungi anak-anak dari resiko kanker serviks di masa depan.

Ilustrasi kanker serviks.

Photo :
  • iStockphoto.

Tak hanya pada anak, imunisasi HPV nyatanya juga penting dilakukan oleh perempuan usia remaja dan dewasa. Bagi wanita dewasa yang sudah aktif secara seksual, pemberian vaksin HPV juga sangat penting sebagai perlindungan yang lebih maksimal.

"Pemberian imunisasi HPV disarankan diberikan pada perempuan yang belum menikah atau belum aktif secara seksual agar perlindungannya bekerja lebih baik. Meski demikian, bagi perempuan menikah yang belum terpapar HPV, imunisasi ini juga penting dilakukan, meski dengan dosis yang berbeda,” terang Spesialis Kandungan dan Kebidanan, dr. Keven Tali, Sp. OG.

“Bagi wanita usia subur (WUS) usia 30-50, World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin, untuk mendeteksi infeksi HPV sebagai penyebab utama kanker serviks," tambahnya.

Sayangnya, masih ada keengganan di tengah masyarakat untuk melakukan skrining dan mendapatkan imunisasi HPV. Pada 2023, cakupan skrining kanker serviks di Indonesia hanya mencapai 7,02 persen dari target 70 persen. Masih banyaknya informasi tidak tepat seputar kanker serviks dan imunisasi HPV turut andil dalam kondisi ini.

Lalu, mitos bahwa kanker serviks adalah penyakit orang yang sudah berkeluarga, sehingga anak-anak tidak perlu diberi imunisasi HPV, atau bahwa imunisasi kanker serviks bisa menyebabkan kemandulan, menjadi beberapa informasi kurang tepat yang beredar di masyarakat. Karenanya, penting bagi orang tua untuk memahami dengan baik manfaat imunisasi HPV guna melindungi anak dari risiko kanker serviks di masa yang akan datang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya