Nasi Putih Hangat Bikin Kadar Gula Meningkat, Mitos atau Fakta?

Ilustrasi nasi putih
Sumber :
  • pixabay

JAKARTA – Angka jumlah konsumsi nasi di tanah air diketahui cukup tinggi. Ya sesuai dengan moto yang ada di masyarkat kita bahwa belum makan jika belum makan nasi. 

Dianggap Berisiko! 6 Kondisi Kehamilan Ini Disarankan Periksa ke Konsultan Fetomaternal, Apa Itu?

Nasi sendiri jika dikonsumsi secara berlebihan diketahui dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat. Lantaran karbohidrat yang tinggi pada makanan tersebut akan diolah menjadi gula darah (glukosa).

Alhasil sejumlah orang memilih untuk mengontrol asupan nasi yang masuk ke dalam tubuuh, salah satunya adalah pasien diabetes. Pasien diabetes diketahui boleh tetap mengonsumsi nasi putih namun dalam jumlah yang terbatas sesuai kondisi mereka. 

IDI Banjarnegara Memberi Edukasi Bahaya Penyakit Diabetes dan Pengobatan yang Tepat

Mengenai aturan konsumsi nasi putih pada pasien diabetes, banyak masyarakat memilih untuk mengonsumsi nasi dingin dibandingkan dengan nasi hangat. Sebab banyak asumsi di masyarakat bahwa nasi putih hangat memiliki kadar gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasi putih dingin. Benarkah demikian?

Terkait hal itu, Spesialis endokrin metabolik, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD punya jawaban tersendiri. 

Jadi Biang Kerok Banyak Penyakit, Begini Trik Kurangi Penggunaan Garam pada Masakan

"Sesungguhnya kalorinya tidak berubah, yang hangat hanya lebih sedikit cepat diserap di metabolisme," kata dia dalam virtual conference peringatan hari Diabetes yang digelar Kementerian Kesehatan, Senin 6 November 2023. 

Prof. Ketut menekankan bahwa yang menjadi masalah di masyarakat terkait dengan meningkatnya kadar gula dalam darah adalah jenis makanan yang dikonsumsi.

"Tapi masalahnya bukan di situ, masalah sehari-hari kita pertama adalah jenis makanannya. bukan masalah hangat tidak hangat. Sumber makanan itu yang nanti disebut indeks glikemik apakah dia mudah diserap dicerna atau dia lebih lambat dicerna karena mengandung banyak serat," jelasnya.

Sebagai contoh, Prof Ketut membandingkan antara satu porsi nasi putih dengan beras merah. Dijelaskannya bahwa beras mereh lebih banyak mengandung serat dibanding nasi putih. 

Kemudian, kata Prof Ketu indeks glikemik dari beras merah lebih rendah dibanding nasi putih. Artinya jika dikonsumsi dalam jumlah yang sama, nasi putih lebih cepat meningkatkan kadar gula dibandingkan nasi merah. 

"Jenisnya yang lebih banyak berpengaruh," jelasnya.

Prof Ketut juga menekankan bahwa dalam mengonsumsi karbohidrat penting bukan hanya melihat dari indeks glikemik saja tapi total jumlah kalori yang dimakan. 

"Jangan berasumsi beras merah bagus indeks glikemik kecil jadi boleh makan sebanyak-banyaknya. Itu tidak boleh semua ada takarannnya, takaran karbo hidratnya plus minusnya sekitar 50persen dari seluruh kalori yang dikonsumi. 50 persen berasal dari lemak dan protein," jelasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya