Kisah Sofia Hart Tidak Punya Denyut Nadi, Bagaimana Bisa Bertahan Hidup?
- Istimewa
VIVA Lifestyle – Belum lama ini di sosial media dihebohkan dengan pemberitaan seorang wanita yang tidak mempunyai denyut nadi dalam dirinya. Wanita yang diketahui bernama Sofia Hart itu saat ini sedang menderita kondisi langka yang disebut kardiomiopati dilatasi dan keadaan itu tidak dapat disembuhkan.
Dilansir dari Times of India, Selasa, 27 Oktober 2023, kondisi yang diidap wanita berusia 30 tahun ini mengharuskannya untuk terhubung ke stop kontak yang membuatnya tetap hidup.
“Talinya cukup panjang, dan saya sudah mahir tinggal di tempat yang bisa saya lewati dengan menggunakan kabel itu,” kata Sofia kepada People Magazine.
Perangkat medis yang menyelamatkan nyawanya adalah LVAD (Alat Bantu Ventrikel Kiri) yang membuat jantungnya tetap memompa. LVAD ini ditenagai oleh baterai ketika dia meninggalkan rumah, dan membuatnya tetap hidup sampai saat ini.
Sementara itu, kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah suatu kondisi di mana ventrikel kiri (ruang pemompaan utama jantung) membesar. Ketika ruangan semakin besar, dinding ototnya yang tebal meregang dan menjadi lebih tipis dan lemah.
Hal ini memengaruhi kemampuan jantung untuk memompa cukup darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Sofia menjelaskan beberapa gejala yang dialaminya seperti merasa sangat pegal, dan lelah.
“Saya mulai merasa sangat pegal dan lelah. Ini seperti kelelahan yang tidak bisa Anda gambarkan. Saya tidak lelah secara otak, tetapi tubuh saya sangat lelah,” jelas Sofia.
Tujuh tahun sebelum Sofia jatuh sakit, saudara kembarnya, Olivia menderita gagal jantung dan harus menggunakan LVAD hingga ia menjalani transplantasi pada 2016. Sofia menyebut bahwa faktor genetika tidak diketahui sebagai penyebab sampai keduanya menderita gagal jantung saat remaja.
Kedua saudara perempuan tersebut dilahirkan dengan mutasi genetik langka yang sama. Sofia menjalani perawatan yang sama pada usia 29 tahun seperti yang diberikan pada saudara perempuannya pada usia 22 tahun. Dia menggunakan LVAD sampai bisa mendapatkan transplantasi.
“Saya lega karena saya sangat takut mati karena mengetahui jantung saya hanya bekerja 15 persen. LVAD memberikan banyak keamanan bagi saya, langsung saja,” pungkasnya.